Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Guru - Pemikir, Trader, Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menyuarakan kebenaran berdasar data dan fakta yang sesungguhnya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Andai Rakyat Jelata Boleh Memilih Vaksin

16 Januari 2021   15:45 Diperbarui: 16 Januari 2021   15:50 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi vaksin covid-19 (pic:dhakatribune.com)

Berdasar uji klinis di Indonesia, vaksin Sinovac memiliki tingkat efikasi sebesar 65,3 persen, di Turki 91,25 persen, di Brasil sebesar 78 persen yang kemudian berubah menjadi 50,4 persen. Sementara efikasi Pfizer 95 persen, yang disusul Moderna mencapai 94,1 persen

Setelah kabar tentang anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ripka Tjiptaning menolak mentah-mentah divaksin, bahkan berani bayar denda bila dipaksa, membuat saya digelayuti banyak pertanyaan besar, berpikir mendalam, hingga jadi berpikir tidak yakin divaksin.

Pertanyaan-pertanyaan yang timbul adalah, benarkah penolakan karena mutu vaksin dan bisnis segelintir orang di dalamnya, atau ada hal- hal lain, misal tentang kandungan tertentu di balik vaksin, benarkah murni antivirus, atau adakah sesuatu yang terselip di dalamnya, jangan-jangan ada dampak negatif berkepanjangan setelah memakainya,?

WHO merekomendasikan tingkat efikasi vaksin harus di atas 50 persen

Memang tingkat efikasi vaksin Covid-19 memiliki perbedaan di setiap negara, tergantung dengan standar prosedur dalam mendiagnosis pasien, tapi karena keadaan darurat akibat pandemi di seluruh dunia, maka Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan tingkat efikasi vaksin harus di atas 50 persen, dan itu sudah dapat dicapai Sinovac, sebagaimana dikutip dari bisnis.com, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan vaksin Sinovac memiliki tingkat efikasi sebesar 65,3 persen berdasarkan uji klinis di Indonesia. 

Sedangkan efikasi vaksin Sinovac di Turki adalah 91,25 persen, di Brasil sebesar 78 persen yang kemudian berubah menjadi 50,4 persen.

Komersialisasi vaksin

Kalau memang tak ada dampak negatif vaksin, berarti benarkah penolakan vaksin murni karena bisnis vaksin yang dikuasai segelintir orang,?

Tapi kenapa dalam satu partai, perbedaan prinsip kadernya terjadi di saat sudah mendekati final, di saat kader satunya yang notabene pemimpin negara sudah setuju, tapi di sisi lain kader lainnya terang-terangan menolaknya. 

Apa selama ini tidak ada pembahasan dalam partai? Ataukah ada ewuh pakewuh dalam partai hingga ujung-ujungnya meledak di hari H, terkesan tidak ada satu suara dalam partai, justru jalan sendiri-sendiri.

Jika perbedaan sikap itu harus terjadi, kenapa tidak jauh-jauh hari sebelum vaksin diborong, dan didistribusikan ke seluruh tanah air. Penolakan justru terjadi saat BPOM dan MUI telah mengeluarkan keputusannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun