Mohon tunggu...
Risyad Sadzikri
Risyad Sadzikri Mohon Tunggu... Pelajar -

Sekadar pelajar biasa yang masih dan akan terus belajar kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harapan Terakhir Korea Utara

6 Juli 2017   00:28 Diperbarui: 6 Juli 2017   00:53 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peluncuran Hwasong-14, Sumber: The Sun

Korea Utara baru saja meluncurkan Rudal Hwasong-14 yang dikonfirmasi sebagai rudal balistik antarbenua terbaru dari Korut. Tentu hal ini segera membuat dunia internasional semakin gerah karena sanksi ketat yang sudah dijatuhkan kepada Korut malah membuat negara tersebut semakin berulah. Bahkan, Rusia dan RRT, dua sekutu utama Korea Utara, tidak menyukai ulah negara di utara Semenanjung Korea tersebut.

Sudah yang kesekian kalinya Korut menembakkan rudal hanya sekadar untuk "menunjukkan kepada Amerika Serikat dan sekutunya bahwa mereka akan dihancurkan". Selain bertujuan untuk mengancam dan menggertak, ada satu hal lagi mengapa Korut meluncurkan rudal sekian banyak: Korut mendekati keputusasaan.

Korut adalah sebuah negara yang bisa dibilang cukup makmur hingga era 1980-an. Namun, kemakmuran itu menurun dengan sangat drastis hingga sirna di era 1990-an. Bubarnya Uni Soviet, kesalahan kebijakan, hingga banjir bandang menyebabkan hancurnya ekonomi Korut dan munculnya kelaparan besar-besaran selama dekade 1990-an. Korut benar-benar menjadi negara yang tak berdaya dan terpaksa menyetujui pemberian bantuan dari asing.

Sempat mengambil jalan moderat dengan Korea Selatan dengan Sunshine Policy, Korut kembali menempuh jalan radikal, kali ini dengan nuklir. Korut mengadopsi teori detterence dimana nuklir digunakan hanya untuk menggertak atau menakuti lawan. Korut juga memperbanyak propaganda agar rakyat Korut menjadi pro terhadap nuklir. Bahkan, Kim Jong-un mendukung penuh program nuklir Korut.

Namun, teknologi rudal yang Korut punya sudah sangat ketinggalan zaman. Kebanyakan rudal milik Korut masih menggunakan teknologi warisan Uni Soviet yang sudah bubar lebih dari 25 tahun yang lalu. Kuantitas hulu ledak nuklir yang dimiliki Korut terkesan sedikit yaitu kurang dari 50 buah, sementara AS mempunyai ribuan hulu ledak nuklir. Yield-nya pun baru mencapai puluhan kiloton sementara AS sudah mencapai ratusan kiloton bahkan megaton.

Korea Utara benar-benar hampir putus asa. Sanksi ekonomi membuat Korut menggunakan harapan terakhirnya, yaitu rudal dan nuklir untuk menggertak AS dan sekutunya agar tidak berani berbuat macam-macam dengan Korut. Namun, RRT tampaknya sudah mulai 'gerah' dan mencoba menekan Korut agar mau menghentikan program nuklirnya dengan ikut melakukan sanksi ekonomi. Tekanan dari sekutu dagang terbesarnya, RRT, makin membuat Korut putus asa karena RRT adalah mitra dagang terbesar bagi Korea Utara.

Apabila Korea Utara tidak mau berubah, siap-siap saja harapan terakhir mereka, yaitu rudal dan nuklir akan segera kolaps karena tidak adanya sumber daya yang mendukung penggunaan dua senjata tersebut akibat sanksi ekonomi dari semua negara termasuk sekutu terakhirnya, RRT.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun