Mohon tunggu...
Riswanda Himawan
Riswanda Himawan Mohon Tunggu... Guru - Pendidik Bidang Bahasa dan Sastra Indonesia.

Riswanda Himawan merupakan Pendidik, bidang bahasa dan sastra Indonesia sekaligus mahasiswa pascasarjana magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Penulis aktif dalam kegiatan menulis, baik itu artikel ilmiah berupa jurnal atau prosiding yang terbit pada standar Nasional maupun Internasional, serta aktif menulis pada koran digital berkaitan dengan pendidikan, bahasa, ekonomi, serta budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembentukan Karakter Generasi Muda Melalui Peribahasa

27 Juni 2021   22:11 Diperbarui: 27 Juni 2021   22:23 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tidak mengenal peribahasa, kalimat yang unik dan berisi mengenai pesan sebagai pedoman dalam berkehidupan. Peribahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kelompok kata atau kaimat yang susunannya mengiaskan maksud tertetu. Dalam kehidupan bermasyarakat, peribahasa sering digunakan sebagai pengantar untuk menyampaikan maksud tertentu. Misanya, saat memberikan pujian, nasihat, dan perumpamaan. Pada era revolusi industri yang terjadi saat ini, peribahasa perlu untuk dilestarikan. Terkhusus di kalangan generasi muda.

Peribahasa dapat digunakan sebagai sarana dalam membentuk karakter enerasi muda saat ini. Sebagai contoh, saat menyampaikan suatu pujian terhadap orang lain, misanya seseorang memuji hubungan percintaan temannya dengan "pinang pulang ke tampuknya" yang berarti sudah cocok, nasihat,misalnya seorang sahabat yang sedang menasihati sahabatnya dengan "Sudah jangan rentan hati" yang berarti sudah jangan patah hati, bahkan memberikan kritik, saran, contohnya ketika meemberikan kritik kepada temannya dengan kalimat "sudah, lebih baik diam, dari pada nanti disebut "Air beriak, tanda tak Dalam, yang berarti orang banyak cakap, tidak ada ilmunya. 

Dengan menggunakan peribahasa dalam bertutur kata. seperti yang disebutkan di atas, seseorang dinilai lebih mengedepankan kesantunan berbahasa, dari pada menyampaikan dengan bahasa langsung, yang mungkin akan menyebabkan pandangan lain, kepada orang yang dituju. Seingga karakter masyarakat, terlebih generasi muda akan tetap terbentuk sesuai dengan perkembangan zaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun