Ilustrasi Kuliah (Sumber Gambar: Pixabay)
Setelah mengetahui tidak lolos SNMPTN, saya tidak larut dalam kesedihan dan kekecewaan. Saya akhirnya bangkit kemudian belajar dan mempersiapkan diri mengikuti SBMPTN.
Saat akhirnya tiba waktunya untuk tes SBMPTN, ada suatu hal yang membuat saya tidak bisa  ikut tes. Yah, sedih dan kecewa dua kali, pertama tidak lolos SNMPTN dan kedua  tidak bisa ikut tes SBMPTN.
Harapan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pun hampir pupus. Saya malah sempat berpikir untuk tidak lanjut kuliah dan mau ikut kursus menjahit saja. Bahkan ibu saya sudah mendatangi tempat kursus jahit dan sudah bertanya banyak hal. Saya pun sudah pasrah dan berpikir ok tidak apa-apa saya tidak kuliah dan akan ikut kursus menjahit saja.
Waktu itu, ibu saya sedang mengumpulkan uang untuk saya kursus menjahit. Sementara saya masih mengikuti suatu lomba yang diadakan oleh salah satu pesantren di daerah saya. Kebetulan tempat saya sekolah agama (ngaji) memang sering mengirimkan siswanya untuk lomba di pesantren.
Setelah saya pulang dari pesantren, saya langsung istirahat tidur karena lelah sekali dan memang kurang tidur. Saya pulang disiang hari terus langsung tidur dan bangun sore sekitar jam 16.00.
Ketika saya baru bangun tidur, ibu saya menghampiri sambil menangis. Saya bertanya-tanya, kenapa ibu menangis. Saya bertanya ada apa?, kenapa menangis?. Ibu saya bukannya menjawab, malah tetep nangis. Ya sudah saya biarkan saja dulu ibu menangis dan tak lama kemudian ibu bilang kalau saya bisa kuliah.
Jujur, waktu itu posisinya baru banget bangun tidur dan masih tidak paham apa yang sedang ibu bicarakan. Lalu, ibu menyuruh saya untuk mengaktifkan hp. Kondisinya memang hp saya mati karena habis baterainya. Akhirnya saya cas hp dan diaktifkan.
Setelah saya buka handphone, ada banyak pesan grup yang masuk dan yang paling penting adalah pesan dari salah satu guru sekolah yang memberikan ucapan selamat kepada saya karena lolos beasiswa Afirmasi.
Alhamdulilah ya Alloh, saya senang sekali akhirnya saya bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi juga. Saya dan ibu saya pun akhirnya berangkulan dan nangis bersama sambil tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Alloh SWT.