Mohon tunggu...
Riati S
Riati S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang Belajar Menulis

Campuran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persepsi Negatif Menikah di KUA

5 Februari 2023   14:31 Diperbarui: 5 Februari 2023   18:18 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay

Belakangan ini  menikah di KUA (Kantor Urusan Agama) menjadi perbincangan hangat di media sosial. Saya sendiri mengetahui soal nikah di KUA ini saat sedang scroll Tiktok lalu berlanjut melihat postingan aslinya di Twitter.

Postingan soal nikah di KUA itu memang berawal dari postingan sebuah akun yang membagikan pengalamannya menikah di KUA dan setelahnya mereka berfoto dengan berlatar pohon pisang. Terlihat sederhana namun tetap sakral dan membahagiakan pastinya. Kemudian banyak juga netizen yang turut membagikan pengalaman nikah di KUA juga.

Saya lalu jadi teringat, di usia saat ini dimana teman-teman saya di kampung halaman satu persatu mulai pada menikah yang otomatis pertanyaan kapan menikah pun tak jarang saya terima.

Perihal menikah, saya sempat mengobrol dengan salah satu saudara perempuan dan juga ibu saya. Ketika kami sedang mengobrol soal pernikahan, lalu saya mengutarakan keinginan jika suatu hari nanti mendapat jodoh dan menikah, saya ingin menikah secara sederhana saja di rumah atau menikah di KUA saja.

Kemudian setelah akad nikah, kita kumpul dan makan-makan saja dengan sanak keluarga dan teman-teman terdekat.
Sontak saja saudara dan ibu saya kaget. Mereka bilang saya sudah gila, masa nikah sederhana dan nikah di KUA saja, nanti apa kata orang. Orang bilang nanti kamu hamil duluan, malu. 

Tak kalah dengan mereka, saya pun kaget dengan apa yang mereka katakan. Lah kok nikah sederhana dan KUA identik dengan yang hamil duluan sih.

Saya pengen nikah sederhana atau di KUA karena punya alasan. Pertama, saya tidak suka keramaian. Mereka pun tahu itu, biasanya kalo ada kumpul-kumpul keluarga pun saya jarang ikut dan biasanya pergi keluar rumah atau berdiam di kamar.

Gak kebayang sih kalo nikah rame-rame pasti dong banyak orang dan biasanya kalo di kampung bisa semingguan tuh rame di rumah untuk mempersiapkan acara pernikahan dan masak-masak gitulah pokoknya. Waduh, saya membayangkannya saja sudah pusing dan cape deh kayaknya.

Alasan yang kedua adalah soal biaya. Saya cukup sadar diri, keluarga bukanlah orang yang kaya-raya uangnya melimpah dan asetnya dimana-mana. Dan saya pun berkeinginan untuk tidak menjadi beban keluarga, pengennya pake uang tabungan sendiri kelak kalo menikah. Pengennya sih gitu ya, hehe. 

Kan kalo cewek nanti biasanya dibiayain sama pihak pria ya?. Yup, tapi kalo sependek pengetahuan saya sih hanya sebagian aja gak semuanya di biayain oleh pihak pria. Yang otomatis pihak perempuan juga harus menyiapkan biaya dong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Video Pilihan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun