Namun bodohnya kau tetap saja mencintai dia padahal dia pernah bilang bahwa ia sedang mencintai seseorang. Dan tak bisa ku pungkiri orang yang ia cintai 180 derajat berbeda denganku. Aku yang merasa patah ketika itu, aku mencoba menjauh darinya.
" Bel, lu kok ada yang beda sama gw kaya ngehidar gitu". dia yang menghampiriku ketika aku sedang berada di kantin kampus.
" perasaan lu aja kali". Kataku yang bangkit dari tempat duduk sambil membawa botol minumku.
"gw duluan ya". Aku beranjak namun ketika itu ia menggenggam tanganku.
" Bell, lu katanya di ganngu cewek yang lagi deket sma gw ya". Aku menggeleng
"Bel jangan bohong". Ia menarikku sampai aku duduk kembali di bangku itu.
Aku menunduk dan seketika air mataku menangis begitu saja tak bisa aku tahan sama sekali. Dia memelukku sangat erat membuatku semakin muak. Aku mulai mendengar isak tangis darinya aku dengar sangat jelas. Sungguh sangat memalukan kami berdua saat itu.
" Bell, maaf ya. " katanya lalu melepaskan pelukannya begitu saja.
"Maaf buat apa??? "
"Maaf buat segalanya, maaf buat kamu sakit". Katanya lalu ia pergi begitu saja.
Semenjak saat itu aku tak pernah melihatnya lagi. Bukan ia pergi dari kota ini tapi ia pergi dari pandangan mataku, kini tak ada lagi kita antara kau dan dia. Tak ada lagi persahabatan antar kita lagi. Kita seperti tak saling mengenal. Tak ada obrolan lagi seberapa banyak aku harus memberi makan kura-kura atau seberapa lama dia tertidur. Semua hilang begitu saja.