Mohon tunggu...
Rista Rahim Puspita
Rista Rahim Puspita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Muhamadiyah Sukabumi

Anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini tinggal di kota Sukabumi. Memiliki hobby membaca, mengarang cerita, menonton, juga menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Patah Tumbuh Hilang Berganti

15 Oktober 2022   16:09 Diperbarui: 15 Oktober 2022   16:13 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pandhu!, kamu kemana lagi nak?!" Wanita paruh baya itu berlari menuju pintu, seraya menyeru anak lelaki yang baru saja pergi tergesa-gesa dari rumahnya.

 "Pandhu main dulu Bun, Assalamualaikum!" Jawabnya tak menoleh sedikitpun.

 Pandhu Aksara Jaya, nama yang terdengar kuat dan penuh makna bukan?. Ibu panti yang memberinya nama itu. Hatinya terluka setelah melihat seorang bayi dibiarkan tergeletak di depan pintunya 21 tahun yang lalu. 

Nama itu bermakna, seorang penuntun kisah yang sukses. Ibu panti atau yang kerap dipanggil Bunda Nirmala berharap bahwa, Pandhu mampu tumbuh menjadi seorang anak yang bisa diandalkan dan mandiri.

 Tak sedikit kasus pembuangan anak seperti ini terjadi, entah itu karena kehamilan di luar nikah, masalah finansial, dan beberapa alasan lainnya. Hal seperti itu kerap menimbulkan prasangka bahwa, "Kehadiran anak ini adalah bencana!". Seolah menyalahkan takdir, padahal takdir itu sendiri terjadi karena ulah manusia.

 "Pandhu!, tolong pindahkan bata-bata ini ke dekat pot di sebelah sana ya!" Seru Pak Mandor.

 "Oh iya, siap Pak!".

Matahari siang membuat keringat Pandhu bercucuran. Debu kontruksi berhasil membuat beberapa pejalan kaki yang lalu lalang terbatuk-batuk. Para pekerja sibuk dengan tugasnya masing-masing, begitu juga Pandhu.

Seperti inilah cara Pandhu memutuskan kesehariannya. Sepulang kuliah, Pandhu langsung pergi bekerja di tempat kontruksi bangunan. Bunda Nirmala tentu saja tidak mengetahui akan hal ini, sudah sekitar lima bulan Pandhu berhasil menyembunyikannya. 

Jika Bunda Nirmala tahu mungkin saja Pandhu tak mendapat izinnya. Selain kuli bangunan Pandhu juga menjual koran setiap pagi sebelum berangkat kuliah, pekerjaan ini sudah ia geluti sejak ia duduk dibangku SMP. Kemudian pada malam hari, Pandhu membuat susu dan perkedel jagung untuk dijualnya dihari esok.

Sebenarnya, jika dipikir-pikir Pandhu tak diwajibkan mencari uang sendiri. Biaya sekolah juga uang jajannya dijamin lancar karena donatur tetap di pantinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun