Mohon tunggu...
Suga Muhammad
Suga Muhammad Mohon Tunggu... Penulis - penulis dan trainer

meninggalkan jejak pemikiran lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

FPI Dibutuhkan dalam Porsi yang Tidak Berlebihan

12 Mei 2019   10:39 Diperbarui: 13 Mei 2019   07:56 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena semakin menguatnya peran Front Pembela Islam (FPI) dalam kancah perpolitikan nasional dianggap mengkhawatirkan. FPI yang dulu 'bermain' di level bawah kini menemukan momentum untuk mewarnai bangsa. Sayangnya, karakter FPI yang identik dengan kekerasan mau benarnya sendiri masih dipertontonkan.

Pada level mencegah kemaksiatan, keberadaan FPI mungkin dibutuhkan sebab tanpa ada pihak yang keras terhadap kemaksiatan, banyak orang akan semaunya sendiri. Keberadaan FPI bisa jadi meredam hal tersebut atau paling tidak membuat orang takut melakukannya. Meskipun memang harus ada perbaikan, khususnya tidak melakuka pengrusakan atau kekerasan.

Tapi pada tataran politik nasional, keberadaan FPI bisa menjadi bencana. Pasalnya, sikap keras dan mau benarnya sendiri ini menjadikan tatanan demokrasi menjadi tak dihargai. Apalagi dibalut dengan kepentingan lain yang sangat kuat, yaitu memulangkan imam besarnya yang sampai saat ini masih berada di pengungsian.

Praktis FPI menjadi semakin membabi buta dalam memperjuangkan hal tersebut. Dengan nama Islam yang disandangnya, ia mudah mempengaruhi masyarakat, apalagi dengan labelling ulama dan mengatasnamakan umat.

Dengan akan habisnya masa izin FPI, ternyata banyak orang yang menginginkan organisasi tersebut tidak diperpanjang. Hal ini sangat beralasan mengingat adanya kekhawatiran terhadap sepak terjang mereka sampai saat ini.

Meskipun akhirnya nanti FPI dibubarkan, mereka pasti akan mencari wadah baru karena bukan orang-orangnya yang diberi pencerahan, tetapi hanya wadahnya saja. Karakteristik mereka tak akan hilang hanya dengan dibubarkan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun