Ijtima' ulama merupakan gerakan politik baru berbaju agama. Gerakan ini diprakarsai oleh para pentolan FPI yang bermetamorfosis menjadi PA 212 dan GNPF Ulama. Cikal bakal terbentuknya gerakan ini dimulai saat ada peristiwa penistaan agama yang dianggap begitu parahnya hingga turun berjuta-juta manusia untuk membelanya.
Dibalik niatan tulus para peserta, agenda sesungguhnya adalah melumpuhkan Ahok di pilkada DKI jakarta. Aksi ini berhasil sehingga dilanggengkan dalam bentuk PA 212 dan GNPF Ulama.
Kiprah gerakan ini kemudian melahirkan Ijtima' ulama I yang menghasilkan rekomendasi cawapres yang akan diusung Prabowo di pilpres 2019. Karen dua calon yang diusung dianggap tidak memenuhi syarat oleh Prabowo, hasil ijtima' tersebut mentah.
Tapi karena sudah kadung 'benci' dengan Jokowi dan Prabowo sebagai penantangnya, maka ijtima' ulama kedua digelar untuk mengukuhkan Prabowo-Sandi sebagai capres-cawapres yang akan bertarung melawan Jokowi.
Pasca pilpres, ijtima' akan digelar lagi karena Prabowo-Sandi diprediksi bakal kalah. Maka isu kecurangan semakin digencarkan hingga akhirnya diputuskan menggelar ijtima' ulama III untuk membahas kecurangan tersebut.
Sebenarnya, prosedur pemilu sudah diatur sedemikian rupa, apabila ada masalah semua sudah diperhitungkan cara penyelesaiannya.
Namun tampaknya para ulama ini tak puas jika hanya percaya pada negara sehingga harus memakai caranya sendiri untuk mengatasi situasi.
Semoga bukan hanya karena kebencian dan tidak mau menerima kekalahan ijtima' ini dilaksanakan.
Ulama seharusnya menjadi garda depan untuk menciptakan kedamaian dan persatuan, bukan malah membuat situasi semakin tak karuan. Â