Berdasar sumber yag berhasil dikorek kumparan.com, Sandi tidak setuju dengan sikap Prabowo yang hendak mendeklarasikan kemenangan. Menurut sumber tersebut, Sandi sempat bersitegang dengan Prabowo sebelum konferensi pers untuk deklarasi digelar.
Pada empat deklarasi yang dilakukan Prabowo, Sandi hanya tampak sekali, itupun dengan ekspresi yang tak bersemangat. Meskipun BPN mengklaim Sandi dalam kondisi sakit, tapi raut muka tak bisa dibohongi.
Dalam komentar terakhir, Sandi masih bersikap realistis untuk mengikuti aturan yang berlaku sambil menahan komentar dan kritikan.
Ini sekarang lagi tabulasi, jadi kita tentunya kawal dulu prosesnya. Jangan terlalu banyak mengkritik, mestinya ini mestinya itu, tahan dulu komentarnya, sabar dulu," ujar Sandi seperti dilansir dari suara.com (23/4/2019).
Sikap Sandi ini ternyata tak diamini oleh kubunya. Prabowo tetap dengan komentar-komentarnya yang menuduh lembaga survei bohong dan dibayar, sementara anggota lainnya tetap menuduh terjadi kecurangan secara masif, sistematis, dan terstruktur.
Lebih gila lagi, Fadli Zon dan Mustofa Nahrawardaya menyerukan untuk melakukan pemilu ulang di seluruh Indonesia. Sikap ini juga cukup aneh. Kalau mereka yakin dengan hitungan internal, untuk apa menyerukan pemilu ulang.
Dari berbagai sikap yang ditunjukkan kubu Prabowo, tampak sekali ambisinya untuk berkuasa sehingga segala cara ditempuh untuk menggugurkan kemenangan lawan seandainya prediksi quick count terbukti.
Sikap ambisius kubu Prabowo ini wajar. Masing-masing punya kepentingan sendiri. Dalam pertarungan terakhirnya, Prabowo ingin sekali menang. Sementara pendukung lainnya juga punya kepentingan, terutama kelompok FPI yang bertransformasi menjadi PA 212 dan GNPF Ulama. Mereka ingin sekali memulangkan imam besar mereka yang 'tersandera' di Arab Saudi.
Amien Rais sebagai politisi senior juga kurang memperlihatkan kebijaksanaannya, ia justru sangat ambisius dengan manuver-manuvernya. ENtah apa yang menjadi tendensinya. Bisa jadi ia kecewa karena tidak pernah menjadi 'apa-apa', sedangkan Jokowi yang notabene hanya tukang kayu justru mampu menjadi pemimpin negara.
Kalau sudah seperti ini, tunggu saja apa yang akan terjadi selanjutnya.Â