Hari ini para pelajar mulai melaksanakan Ujian Nasional (UN). UN selama ini masih dianggap efektif untuk mengetahui potensi anak dan sebagai salah satu penentu kelulusan. Padahal sesungguhnya banyak kelemahan pada UN jika dijadikan sebagai tolok ukur kualitas pendidikan.
UN sebenarnya tidak relevan untuk memetakan kualitas pendidikan karena hanya mengukur segi kognitif semata.
Adanya UN memaksa setiap stakeholder pendidikan fokus pada hal tersebut hingga mengabaikan potensi lainnya, yaitu mental dan spiritual.
Akibat orientasi salah kaprah ini, Indonesia melahirkan generasi-generasi cerdas secara intelektual, tapi tidak cerdas secara emosi dan spiritual.
Dampaknya, kecerdasan itu justru digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi dan kelompoknya, seperti yang terlihat saat ini. Apalagi, bagi mereka yang berada di posisi-posisi strategis di Indonesia.
Tak hanya sampai disitu, sistem pendidikan ini melahirkan generasi pragmatis dan berdaya saing rendah, potensi unik dan luar biasa yang dimiliki setiap orang tidak tergali secara optimal.
Meskipun demikian, mengapa UN sampai saat ini tak dihapuskan? bisa jadi salah satunya karena ada kepentingan ekonomi di sana. Berapa banyak pihak akan kehilangan 'sumber uang' bila kebijakan penghapusan UN ini dieksekusi.
Siapapun yang terpilih nanti, semoga bisa menghentikan arah pendidikan yang terlanjur salah kaprah. Meski mungkin baru sekedar harapan.