Mohon tunggu...
Risna Nugroho
Risna Nugroho Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Blogger, Ibu Rumah Tangga, Homeschooler, Chiang Mai, Thailand, tulisan lainnya di blog.compactbyte.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Surat untuk Tenaga Kesehatan di Masa Pandemi

25 April 2020   22:52 Diperbarui: 27 April 2020   09:33 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tenaga medis di tengah pandemi covid-19 ini. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Mereka tidak punya pilihan untuk di rumah saja. Mereka yang akan disalahkan kalau ada data laporan yang salah ataupun salah laporan jumlah pasien yang tak kunjung sembuh.

Mungkin mereka tidak pernah berharap bakal bertemu dengan masa pandemi. Jangankan tenaga kesehatan, saya saja masih sering berharap masa pandemi ini hanya mimpi buruk dan segera terbangun dari tidur dan semua kembali ke keadaan yang normal.

Kemarin saya ngobrol dengan ipar saya, seorang dokter yang bertugas di Puskesmas. Ketika saya menanyakan bagaimana kabarnya, dia langsung curhat kalau sejauh ini sudah ketemu dengan 3 pasien positif covid-19 (bukan cuma terduga) dari hasil rapid test. Padahal rapid test ini masih sering memberikan false negatif, tapi kalau hasilnya positif, berarti memang sudah benar-benar positif.

Saya tanyakan apakah dia selalu memakai perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) setiap ketemu semua pasien. Katanya mau tak mau ya harus, walau APD yang dipakai bukanlah APD yang sesuai standar dan terkadang harus cuci kering dipakai lagi sampai robek baru ganti.

Saya kaget, saya pikir tenaga kesehatan kita dapat jatah APD untuk melindungi diri dan supaya bisa merawat pasien dengan baik. Ternyata, mereka harus mencari sumbangan sendiri untuk mendapatkan APD.

Duh, kalau dokter dan tenaga kesehatan tidak ada jatah APD, bagaimana kalau mereka terpapar lebih dahulu? bisa-bisa semua pasien dengan keluhan lain ikut terpapar juga.

Obrolan dengan ipar saya membuat saya ingin bertanya lagi dengan dokter yang lain. Saya mengontak teman SMA saya yang juga seorang dokter. 

Kalau menurut teman saya ini, dokter yang bekerja di rumah sakit swasta bisa menolak menemui pasien kalau tidak ada APD. Betapa jauh bedanya dengan nasib dokter di puskesmas ya. Padahal mereka sama-sama dokter dan sama-sama dibutuhkan di masa pandemi ini. 

Saya juga bertanya-tanya apakah suster dan pegawai kesehatan lainnya mendapat jatah APD juga? Kataya, kalau suster harus menyediakan APD sendiri. Padahal setahu saya gaji suster itu jauh lebih rendah daripada gaji dokter, dan mereka juga lebih sering ketemu pasien daripada dokter.

Ah, sekarang saya mengerti kenapa dulu papa saya tidak suka mama saya bekerja di rumah sakit. Saya baca saat ini banyak tenaga kesehatan yang tidak berani pulang ke rumah.

Mereka menjaga jarak aman dengan keluarganya karena mereka tidak mau mengambil risiko. Sudah banyak tenaga kesehatan jadi korban pandemi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun