Mohon tunggu...
Risna Nugroho
Risna Nugroho Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Blogger, Ibu Rumah Tangga, Homeschooler, Chiang Mai, Thailand, tulisan lainnya di blog.compactbyte.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Polusi Udara di Chiang Mai yang Tak Kunjung Pergi

20 April 2020   16:52 Diperbarui: 20 April 2020   16:51 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chiang Mai 20 April 2020: Unhealthy (Sumber: iqair.com)

Sebelum penerbangan internasional dihentikan seperti sekarang, kami juga masih berkesempatan berjalan-jalan sekitar Chiang Mai dengan teman-teman masa kuliah yang datang dari Bandung. Hari itu polusinya lumayan sebenarnya, tapi kami pikir gak apa sesekali jalan-jalan di tengah polusi, kan bukan tiap hari. Tapi ada juga seorang adik dan seorang dosen kami yang sudah berencana datang berkunjung membatalkan rencananya di bulan Februari karena covid-19 sudah sampai di Chiang Mai.

Kalau saya pikir-pikir, apa yang kami lakukan waktu itu merupakan hal langka yang tidak bisa didapatkan lagi saat ini. Ketika bertemu, kami masih saling jabat tangan padahal kan mereka dari 'luar negeri', kami masih jalan-jalan di pasar malam dan tempat rekreasi. Kami tidak ada yang menggunakan masker, tapi bawa hand sanitizer. Kami masih makan bersama di restoran. Belum ada yang namanya physical ataupun social distancing di bulan Februari. Sudah mulai ada perasaan waspada, tapi ya perasaan masih seperti biasa.

Awalnya saya yakin sekali kalau covid-19 pasti terkendali dan tidak akan menjadi sebesar sekarang ini. Tidak ada kekhawatiran akan menjadi pandemi. Ternyata saya salah. Untungnya kami semua baik-baik saja sampai saat ini, termasuk teman-teman yang mengunjungi kami juga sehat sekembalinya ke Bandung.

Sejak bulan Maret, ditetapkan aturan untuk di rumah saja. Saya berharap semoga kali ini polusi di Chiang Mai berkurang seperti di Wuhan, Eropa, atau Jakarta. Ternyata polusi tidak pergi juga. Polusi di kota ini penyebabnya bukan industri, tapi pembakaran ladang dan kebakaran hutan. Walaupun ada peraturan melarang bakar-bakaran selama 80 hari (10 Januari -- 30 April 2020), polusi tetap di angka merah (unhealthy) kecuali ada hujan atau angin.

Saat ini, saya hanya bisa berharap hujan datang untuk mengusir polusi. Sebenarnya sudah ada beberapa kali hujan di wilayah utara Thailand. Bahkan ada hujan batu es beberapa hari lalu, tapi polusi tidak berkurang sama sekali.

Sekarang memang masih musim panas, tapi biasanya di bulan April atau awal Mei akan ada hujan kiriman sebagai efek badai musim panas di dataran Cina. Butuh lebih banyak hujan dan angin untuk memadamkan berbagai titik api di utara Thailand ini.

Ayolah hujan, mari sini mampir ke kotaku. Ayolah angin, usir polusi dari kota ini. Sampai kapan kami harus terkurung di dalam rumah. Minimal kalau polusi pergi, saya dan anak-anak bisa bermain di halaman rumah tanpa kuatir menghirup udara berpolusi yang bisa bikin sesak napas. Minimal, biar kami tidak harus berkurung di dalam rumah selama masa di rumah saja ini.

Tetap berharap agar polusi dan pandemi segera berlalu. Saya kangen melihat langit biru. Juga biar bisa bikin rencana pulang kampung untuk melepas rindu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun