Mohon tunggu...
Risna Nugroho
Risna Nugroho Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Blogger, Ibu Rumah Tangga, Homeschooler, Chiang Mai, Thailand, tulisan lainnya di blog.compactbyte.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Polusi Udara di Chiang Mai yang Tak Kunjung Pergi

20 April 2020   16:52 Diperbarui: 20 April 2020   16:51 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali membaca berita tentang berkurangnya polusi di suatu wilayah sebagai hasil dari kebijakan untuk di rumah saja, saya merasa cemburu dengan wilayah tersebut. Apalagi katanya polusi global juga berkurang sebagai dampak dari pandemi. Kenapa polusi di kota Chiang mai tak kunjung berkurang?

Polusi di Chiang Mai yang dimulai sejak akhir 2019, tidak berkurang sedikitpun dan malah makin menjadi-jadi di bulan Maret dan April 2020. Membaca berita ciri-ciri penyakit yang disebabkan covid-19 yang tak jauh berbeda dengan penyakit yang disebabkan polusi, membuat saya merasa pakai masker itu tidak bisa ditawar lagi dan lebih baik di rumah saja.

Mungkin sekarang ini Covid-19 dianggap pandemi yang berbahaya, tapi polusi yang tidak kelihatan juga memakan banyak korban jutaan jiwa setiap tahunnya. Polusi bahkan lebih berbahaya dari covid-19 menurut berita ini. Belum lagi pemberitaan kalau orang yang tinggal di daerah berpolusi lebih mudah terinfeksi covid-19. Aduh rasanya kami yang hidup di sini jadi terjepit diantara polusi dan pandemi covid-19.

Sepanjang tahun 2020 ini, reflek pertama di pagi hari adalah mengecek kadar polusi saat ini. Bahkan kadang-kadang sehari bisa lebih 3 kali melihat indikator polusi udara. Setiap siang atau sore hari, memandang langit keluar berharap melihat langit yang biru. Setiap malam berdoa semoga besok polusi berkurang supaya kami bisa ajak anak-anak main di halaman. Dan hasilnya hampir setiap hari saya kecewa dan akhirnya tetap saja berkurung di rumah saja dengan menyalakan filter udara.

Sebelum banyak negara menetapkan aturan pakai masker ketika di luar rumah atau jangan keluar kalau tidak terpaksa, saya dan penduduk kota di Chiang Mai sudah memakai masker N95 yang mampu menyaring polutan sampai ukuran pm2.5 ketika keluar rumah. Ya pilihannya pakai masker atau mengalami gangguan pernapasan karena tingkat polusinya setiap hari rata-rata di level: tidak sehat (unhealthy) sampai berbahaya (hazardous).

Sebenarnya sejak bulan Januari 2020 pun saya dan keluarga sudah memilih untuk di rumah saja di akhir pekan. Waktu itu polusi menjadi alasan kami untuk tidak keluar rumah, sekarang pandemi. Ada sih sesekali kami tetap keluar dengan memakai masker, tapi itupun tidak berlama-lama dan waktu itu semua kegiatan di luar masih normal.

Virus covid-19 pertama terdeteksi sekitar 13 Januari 2020 di Thailand, dan akhir Januari sudah sampai ke Chiang Mai, kedua kasus tersebut dibawa langsung dari Wuhan. Sejak itu pula, hampir di setiap tempat penjualan masker dan hand sanitizer diborong habis termasuk masker N95 yang bisa dicuci dan diganti filternya. Saya termasuk beruntung karena masih sempat membeli masker kain N95 yang bisa dicuci dan beberapa masker N95 sekali pakai.

Sejak bulan Februari, di berbagai tempat di Chiang Mai sudah menyediakan hand sanitizer untuk pengunjungnya. Di berbagai tempat kegiatan anak dilakukan pengukuran suhu tubuh dan wajib pakai hand sanitizer terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangan. Kebijakan menggunakan masker juga mulai diterapkan oleh berbagai tempat kegiatan anak dan sekolah-sekolah

Sebelum semua kegiatan dihentikan total karena pandemi, saya masih sempat bawa anak saya yang kecil field trip ke sebuah farm house. Kami masih pergi ke mall di akhir pekan sesekali, atau ke tempat rekreasi bawa anak bermain ketika polusi agak sedikit berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun