Mohon tunggu...
Risma Achmad
Risma Achmad Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis lepas

tetaplah membaca dan menulis hingga kau lupa caranya mencampuri urusan orang lain! musikalisasi puisi https://www.youtube.com/channel/UChjHjcKNXfito3Di7xQvAAA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Suatu Pagi

7 Februari 2019   12:52 Diperbarui: 7 Februari 2019   12:58 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Deras hujan yang mengguyur malam menyisakan pagi yang lembab dan sinar matahari yang kuning mulai mengeringinya. Hari itu Jumat, ketika mentari sedang asyik menguapkan embun, ruangan dapur terasa sepi. Tak ada kompor yang menyala, padahal biasanya selepas Subuh selalu saja ada aktivitas yang menghangatkan disini. Pagi itu berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya.  Mama tak ada di dapur. "Mungkin mama memang lelah sehingga tidur lebih lama pagi ini", pikirku.

Aku bergegas menyalakan kompor minyak tanah di dapur sederhana yang tampak sangat bersih. Maklum saja, semalam sebelum tidur, aku dan mama membersihkan dapur, kata mama biar kalau ada tamu yang datang dapur ini nampak lebih baik. Aku melanjutkan aktivitas pagiku memanas air untuk membuat kopi pagi, minuman khas keluarga kami. Lastri kakak perempuanku yang kedua bertanya, "ga, mama mana? dengan pelan aku menjawab "masih tidur, mungkin semalam kecapaian, sudahlah biarkan mama tidur lebih lama", lastri pun kembali bertanya, " Bapak sudah berangkat?", "belum, baru selesai mandi", balasku.

Lastri berjalan menuju ruang tamu dan melihat secangkir kopi yang masih hangat di meja. Dia pun langsung memanggil bapak dan mengatakan kopi sudah di meja. Aku yang mendengar itu, merasa sedikit aneh, pasalnya diriku baru saja berniat memanaskan air untuk memutar kopi bapak, "mungkin mama tadi sudah bangun dan usai solat subuh beristirahat kembali, "pikirku.

Beberapa saat kemudian, Reihan adik bungsuku yang kala itu baru duduk di bangku kelas 1 SMP lagi-lagi menanyakan mama. "Mama masih tidur dek", "Wah tak biasanya mama belum bangun jam segini kak, jawabnya".

Adiku yang telah berseragam sekolah langsung duduk dan mengambil segelas teh hangat di meja dan duduk bersama kami semua. Aku, bapak, dan kak Lastri. Kami becerita seperti biasa dan bapak kembali bertanya, " kok mamamu belum bangun, sebentar lagi bapak berangkat loh!, " mama tadi sudah bangun pak, sepertinya mama yang buatkan kopi buat bapak, jawabku.

Reihan langsung menuju kamar mama berniat membangunkan mama, karena ia mau pamit berangkat ke sekolah, namun saat dipanggil mama tak juga bangun. Reihan memeluk tubuh kecil mama yang terbalut selimut, dan merengek manja membangunkan mama, namun tubuh kecil itu terasa sangat dingin meski di balik selimut. Reihan nampak panik dan membalikan wajah mama. Wajah hitam manis itu nampak pucat dan sangat dingin.

Panik dan cemas adalah hal yang dirasakan Reihan saat itu. Ia pun langsung berteriak dan memanggil kami. Bapak memegang tangan ibu dan tak merasakan denyut nadi disana, kami pun langsung panik dan menangis histeris.

Raut wajah bapak berubah sangat panik  dan langsung mengangkat tubuh ibu ke mobil bergegas menuju rumah sakit. Namun sesampai di rumah sakit, nyawa mama tidak tertolong lagi. Dokter yakin jika mama memang telah tiada sejam sebelum diantar ke RS. Kami pun menangis sejadi-jadinya. Tanpa sakit, tanpa salam perpisahan mama pergi meninggalkan kami.

Mama rasanya baru kemarin kami melihatmu tertawa lepas dan hari itu tepat di tanggal 9 Mei 2014, mama pergi meninggalkan kami selamanya. Mengapa mama selalu menahan sakit yang dirasa, hingga kami pun sangat terkejut dengan kepergian mama. Kini empat setengah tahun berlalu dan hanya senyumanmu yang tersisa.  Ma, kehadiranmu selalu memberikan harapan, patuhku padamu jembatan menuju surga. Bahagia disana ma. Hanya doa yang bisa kuberikan untuk memelukmu dari sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun