Mohon tunggu...
Risma Gunawan
Risma Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at islamic banking in state islamic university malang

risma is an active student, likes to learn new things, and has a great interest in economics

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adat Sebagai Identitas Kultur Banyuwangi

10 November 2022   12:18 Diperbarui: 10 November 2022   12:32 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Identitas nasional suatu bangsa adalah kualitas yang secara filosofis membedakannya dari bangsa lain, keberadaannya sangat kuat terutama karena pengaruh kekuatan internasional. Identitas nasional menunjukkan jati diri sebuah bangsa. Saya akan membahas beberapa fenomena yang berkaitan dengan identitas nasional. Di daerah saya yaitu Banyuwangi, ada satu tarian daerah yang memang sangat terkenal bahkan sampai mancanegara. 

Tari Gandrung sendiri awalnya dibawakan oleh laki-laki. Namun, sejak Islam masuk ke Jawa, tarian ini sekarang dibawakan oleh wanita. Tarian ini sekarang diadakan pada acara-acara penting seperti ulang tahun Banyuwangi atau acara budaya lokal. Mereka diharuskan memiliki skill menari dan penghayatan yang baik agar memberikan rasa spiritual yang tinggi. Iringan musik jawanya menambah suasana spiritualnya lebih menghayati lagi. Mengingat Tari Gandrung juga tercatat sebagai tari sejarah yang sangat sakral bagi masyarakat Banyuwangi dan sekitarnya. 

Tari Gandrung ini memiliki makna tersirat karena dibawakan bersamaan dengan musik Jawa. Maknanya dapat dipahami oleh mereka yang memahami lirik maupun penyanyinya. Sedangkan mereka yang tidak mengerti gending atau lirik hanya menikmatinya. Seperti halnya Tari Reog Ponorogo di Jawa Timur, tari ini  juga memiliki nilai ekonomi. Di Kabupaten Banyuwangi, tari gandrung dijadikan sebagai identitas ekonomi dan budaya daerah. 

Sejarahnya, Tari Gandrung adalah sebuah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi untuk mengungkapkan rasa syukur mereka atas hasil panen, ditambah dengan iringan Bali dan alat musik tradisional Jawa. Masyarakat Blambangan yang agraris memuja Dewi Sri sebagai Dewi Padi, itulah arti kata "Gandrung". 

Membawa kesuksesan untuk individu Blambangan Banyuwangi dan unsur lingkungan. Setiap tahun Banyuwangi juga akan mengadakan festival Gandrung yang sangat besar dan biasa dikenal dengan nama " Gandrung Sewu". Masyarakat tetap teguh melestarikan adat tarian ini, terutama Suku Osing yang sangat ketat menjaga budaya ini. 

Pakaian penari dan musik yang mengiringinya adalah contoh ciri khasnya. Pakaian penari Gandrung berbeda dengan pakaian tari tradisional Jawa lainnya, tetapi ada kesamaannya dengan Bali. Busana  dengan manik-manik emas dan ornamen, dada ditutupi dengan ilat-ilatan, lengan memiliki tali bahu, dan pinggang ditutupi oleh ikat pinggang. Kepala penari dihiasi dengan mahkota omprok, yang dibuat dari kulit kerbau. Tari Gandrung diiringi oleh gong, kluncing, biola, kendang, dan kethuk. Abdullah Azwar Annas, mantan Bupati Kabupaten Banyuwangi, menginternalisasi budaya Banyuwangi melalui pemuda Banyuwangi. Mempermudah untuk mengakses dan menjelaskan cara menghadapi dan mempelajari budaya sendiri, yang kemudian dapat dibagikan dengan masyarakat di luar.

Tidak hanya pada Tari Gandrung saja, identitas Banyuwangi juga tercermin pada beberapa hal lain. Misal pada bidang transportasi, di daerah saya sendiri, penggunaan transportasi umum memang belum sekeren itu seperti pada daerah kota lain. Di daerah kami masih banyak yang menyediakan dan menggunakan transportasi tradisonal seperti becak dan dokar. Walaupun memang cukup banyak yang menggunakan transportasi modern, penggunaan transportasi tradisional pun juga banyak peminatnya. 

Jika adanya layanan gojek ataupun grab sudah banyak sekali tersedia di kota-kota lain, tetapi di daerah kami di Banyuwangi kota saja layanan-layanan tersebut masih sangat jarang digunakan dan sesekali kita masih melihat sedikit banyaknya becak atau dokar yang membawa penumpang. Melihat hal tersebut, saya pikir penggunaan transportasi di daerah saya bukan ketinggalan zaman atau tidak mengikuti zaman, tetapi masyarakat memang masih menjunjung identitas nasional bangsa, terdapat sumbangsih alam dalam transportasi masyarakat. 

Di bidang perdagangan, dilihat memang di daerah saya sendiri, perdagangan minuman tradisional masih membudaya, yang biasa dikenal dengan nama jamu. Para pedagang jamu setiap hari lewat di depan rumah entah di pagi ataupun di sore hari untuk menjual jamu mereka, dan masyarakat pun memang masih sangat menyukai minuman tersebut, bahkan di sekolah-sekolah juga tidak jarang ada yang menjual jamu, sehingga sebagian anak-anak banyak yang doyan dengan jamu tersebut.

Pada bidang sosial, identitas sosial yang diterapkan masyarakat kami adalah masih dilakukannya aktivitas ronda oleh masyarakat untuk menjaga keamanan sekitar. Mungkin tidak hanya di daerah kami yang masih melakukan ronda, tetapi di daerah-daerah lain ada yang masih menerapkan aktivitas ini. Hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya solidaritas juga bentuk tanggung-jawab sosial antar masyarakat. Penerapan identitas nasional juga diterapkan di bidang pendidikan, di sekolah misalnya, saat ini, anak-anak sudah diajarkan kegiatan gotong royong. Tidak hanya diberikan teorinya saja, melainkan mereka diharuskan menerapkan secara langsung. Seperti diadakannya kegiatan kerja bakti agar mereka tahu arti dari sebuah gotong royong. Selain gotong royong, para siswa juga diajarkan untuk bermusyawarah mufakat sebagai jalan pengambilan keputusan. Jika tidak dibiasakan bermusyawarah, maka pasti akan ada perselisihan pendapat karena ingin mempertahankan pendapat masing-masing. 

Di daerah kami, para pemuda antar desa saling membentuk kelompok persatuan yang beranggotakan pemuda dan pemudi dengan tujuan untuk tetap menjalin persatuan dan melestarikan budaya daerah. Identitas nasional yang dinamis dan khas suatu bangsa berkembang menjadi cara hidup untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama. Oleh karena itu, mari kita tanamkan rasa cinta tanah air Indonesia sebagai sarana melestarikan jati diri bangsa Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam pancasila, yang bisa dilakukan hanyalah berpegang pada pedoman dan nilai-nilai sosial yang telah ditetapkan. Identitas Nasional sangatlah penting untuk dipelajari hingga diterapkan pada kehidupan sehari -- hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun