Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Komunikasi yang Membangun Jembatan

26 Januari 2020   00:16 Diperbarui: 26 Januari 2020   08:34 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komunikasi antara guru dengan murid (Sumber: harmowwwnycounsellings)

Seperti murid saya tadi. Ia menghindar karena tahu akan mendengar kata-kata kasar, memberi label, atau kata-kata yang tidak pantas yang mungkin lebih cocok diucapkan di hutan belantara yang tak ada manusia.

Menyoal memilih kata-kata bukanlah soal baper. Menurut saya baper sih hak setiap orang, asalkan jangan berlebihan. Tentu menjadi berlebihan kalau tersinggung tidak pada tempatnya, atau karena alasan yang tidak logis. 

Kita perlu lho melakukan introspeksi apakah cara kita berkomunikasi sudah tepat sehingga membuat orang lain merasa nyaman? 

Image: dasepsuryanto.com
Image: dasepsuryanto.com

Komunikasi bukanlah sekedar urusan menyampaikan dan menerima pesan
Sebagai manusia, satu hal penting menjadi dasar, yakni komunikasi antar manusia adalah komunikasi antar pribadi. Itu yang membedakan komunikasi kita dengan komunikasi makhluk hidup yang lain dengan sesamanya. 

KIta bukan sekadar berkata dan orang lain mendengar. Kita bukan sekadar berpesan dan orang lain menangkap. Seperti serigala yang melolong memberi pesan pada kaumnya atau makhluk lain di sekitarnya.

Dalam komunikasi antar pribadi kita hendak membangun sebuah relasi. Tentu saja relasi antar pribadi. Berbicara tentang pribadi pastinya adalah hal yang tidak sederhana. Ada banyak dimensi, ada banyak aspek. Itulah uniknya kepribadian manusia. 

Tidak hanya bergerak dan dikendalikan instingnya, manusia memiliki banyak aspek yang membentuk kepribadiannya. Ada pengalaman, ada faktor keturunan, budaya, emosi, cara pandang dan lain sebagainya. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan.

Cobalah Anda bedakan dengan rasa kalimat berikut: 

"Telat lagi....telat lagiii.....Susah memang kalau sudah biasa malas! Tiap kali datang terlambat pasti banyak alasan. Sampai bosan aku lihat wajahmu! Paling bangun kesiangan kan? Besok tak suruh bapakmu ngguyur pakai air seember. Ayo push up 10 kali!"

Bandingkan dengan yang ini, "Saya perhatikan kamu sudah sering datang terlambat lho. Saya khawatir kebiasaan ini bisa mengganggu kegiatan belajarmu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun