Mohon tunggu...
Risky
Risky Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Belajar dari Indahlara, Saat Keindahan di Pecah-belah

16 Februari 2019   08:15 Diperbarui: 17 Februari 2019   20:12 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bersama Dunia yang terus berputar dengan segala hiruk pikuk didalamnya, Menjadikan akses teknologi yang tak terbendung , terus mengalir deras tanpa batasan. HOAX dan Edukasi masyarakat tak pernah gagal mengingatkan penulis terhadap sebuah negara besar, sebut saja ia Indahlara.

Indahlara, begitu negara lain memanggilnya. Sebuah negara yang tanahnya mengandung butiran emas, lautnya menyimpan berbagai makhluk ajaib nan indah, dan daratnya terbentang bersama sejumlah sejarah . Sebuah negara yang hampir saja makmur jika masyarakatnya mau berpegangan tangan, walau untuk sementara. 

Tiap sudutnya adalah jelmaan surga. Tak pernah lelah memanggil  ratusan ribu manusia dari bangsa lain hanya untuk singgah dan melihatnya dalam satu warsa. Di dalam kayanya, negara ini juga tergelut dalam masalah, sebuah masalah, yang tak mereka anggap sebagai sebuah perkara.

Pagi di Indahlara sangat tenang, Setidaknya sebelum tahta kerajaan harus diganti dan diperebutkan. Masyarakat yang linglung dan bingung tak tahu arah, memilih siapa. Para petinggi dari pendukung dan pembenci mulai turun memobilisasi suara. Mobilisasi yang entah mengapa berbuah provokasi, hingga masyarakat terbagi-bagi.  

Para petinggi licik paham bahwa tak sulit untuk mengambil hati mereka, karena hanya itulah yang mereka punya, saat otak mereka sudah jarang dilatih untuk membaca. Kampanye hitam? Bukan, Ini bukan kampanye hitam, yang dilakukan orang-orang ini hanyalah kampanye yang tak cukup layak untuk disebut putih. 

Bohong demi bohong dilemparkan dari seluruh penjuru negeri, dan sampai pada telinga-telinga kecil tak teredukasi. Marah,benci, dan caci. Indahlara mengucapkan selamat datang pada awal kehancuran perpecahan yang sangat dini.

Mereka mulai terbagi. Untuk masyarakat indahlara, pilihan yang tak sama artinya panggilan untuk dibantai dan dibasmi. Mereka membakar seluruh amarah dengan api yang sebenarnya tak pernah ada. Berbagai beda mereka singkirkan, Berita bohong mereka jadikan acuan. 

Pesta politik di Indahlara berubah menjadi sebuah ancaman berat tak terelakan. Dari atas atap istana yang tinggi, para pengkhianat istana dan kerajaan tertawa terbahak-bahak, Melihat jutaan caci dan maki melayang mengotori langit Indahlara yang biru muda. Sejak saat itu, langit mereka tak lagi biru, awan mereka bahkan lebih mirip asap dari hembusan gunung yang aktif. 

Tak ada sapa, semuanya sibuk membela dan saling merasa benar. Masalah baru muncul sementara masalah lama kian tak teratasi. Masyarakat indahlara sudah lupa atas seluruh potensi dan kekuatan yang pernah mereka ciptakan. Kekuatan yang kita sebut persatuan, yang tumbuh atas asas kejujuran dan rasa persaudaraan

Indahlara mengajarkan kita bagaimana kekayaan takkan pernah cukup untuk meraih kesuksesan. Butuh konsistensi dan Integritas yang tinggi untuk meraih segenap mimpi yang tertuang dalam ideologi. Mental masyarakat yang tak terlatih tak layak dijadikan peluang untuk meraih hati. 

Memprovokasi mereka takkan menjadikan negeri itu sampai pada puncak tertinggi. Para pengkhianat negeri juga menjadi bukti, bahwa definisi teredukasi bukan hanya tentang kecerdasan yang tinggi, tapi juga tentang sikap dan hati nurani. Waktu telah berlalu, Kini indahlara sudah tak ada lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun