Mohon tunggu...
Risky Ananda Putri
Risky Ananda Putri Mohon Tunggu... Ilmuwan - Putri

Niat dan Usaha

Selanjutnya

Tutup

Nature

Akankah Denyut Nadi Pesona Pantai Matras Hilang Akibat Tambang?

26 Februari 2020   20:41 Diperbarui: 24 April 2020   23:21 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Timah telah ditambang di bumi pulau Bangka sejak 300 tahun yang lalu. Awalnya kegiatan penambangan terdapat di daratan, namun kini aksi tambang timah mulai hijrah ke laut pulau Bangka. 

Kapal isap yang kian banyak bertebaran di laut Bangka hingga saat ini masih menjadi duri dalam daging. Ironisnya, otonomi daerah membuat aktivitas pertambangan di laut semakin tidak terkontrol karena terdapat kongkalikong antara pengusaha tambang bos-bos yang berkuasa di daerah, serta orang-orang yang memiliki tanjuk kekuasaan di daerah. 

Sistem penambangan timah di pulau Bangka telah menjadi sangat rakus dan seakan-akan tidak peduli terhadap nasib pulau Bangka yang kian meradang.

Aktivitas penambangan pasir timah yang dilakukan kapal berukuran besar semakin menghantui para nelayan dan juga ekosistem pariwisata di wilayah pesisir. Setelah sempat memicu kontroversi warga sekitar di Kelurahan Matras. 

Masyarakat sekitar didukung oleh para nelayan tidak pernah padam untuk menyuarakan aspirasinya terkait aksi penolakan kapal isap di wilayahnya. Bahkan semua itu harus berakhir tanpa adanya titik terang. 

Bahkan sekarang aktivitas penambangan telah terjadi. Konflik pun kian membara ketika Kapal Isap Produksi (KIP) mulai masuk ke pantai matras dan memulai aksinya untuk menghisap timah. 

Masyarakat kelurahan matras akan melakukan gerakan untuk mendatangi Kapal Isap Produksi (KIP) menggunakan perahu agar PT. Timah segera menarik mundur kapalnya dan kembali ke perairan Airkantung Sungailiat apabila tidak adanya respon dari PT. Timah, masyarakat dan nelayan akan segera bertindak dan mengancam membakar KIP kalau tetap melanjutkan rencananya untuk menghisap timah di laut matras.

Tak hanya sampai disitu, masyarakat Matras yang dulunya dikenal solid, kini terpecah belah dengan datangnya KIP. Masyarakat terbagai menjadi dua kubu yakni pro dan kontra. Akibatnya terjadi bentrok fisik antara warga pro dan warga kontra. 

Sekelompok warga yang mendukung penambangan pasir timah menggunakan kapal isap telah mendatangi Mapolres Bangka untuk meminta perlindungan aparat kepolisian akibat kelompok warga yang kontra mencari keberadaan kelompok orang yang pro jikalau kapal isap beroperasi. Para pemuda juga mendatangi rumah-rumah warga yang mendukung aktivitas pertambangan. 

Sebaliknya untuk menuntut balas dendam, warga pro penambangan menyerbu kediaman warga yang menolak penambangan kapal isap. Hal ini terjadi disebabkan oleh terdapatnya warga yang pro penambangan di pukul oleh warga kontra penambangan. Aparat kepolisian turun tangan untuk menghadapi adu jotos antar warga, kedatangan pihak kepolisian berbuah manis dengan meredanya bentrok antar warga.

Sejak dulu nelayan di Kelurahan Matras, Kabupaten Sungailiat menolak dengan tegas KIP beroperasi di laut Matras. Selain di khawatirkan akan mencemari laut termasuk dapat mengusik daya tangkap nelayan. Sebagian masyarakat merasa tercekik dengan adanya penambangan di laut. Nelayan juga berharap agar tidak dipermainkan oleh izin penambangan KIP yang telah dicabut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun