Mohon tunggu...
windu
windu Mohon Tunggu... Administrasi - pro populi discimus

Bondowosoans

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kaset Kusut Reaktivasi Jalur Kalisat-Panarukan

28 November 2020   08:42 Diperbarui: 28 November 2020   08:52 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Kembali muncul ke permukaan, gagasan ulang tentang reaktivasi jalur kereta Kalisat-Panarukan yang juga melewati Bondowoso. Sebenarnya, gagasan ini telah lama mengemuka seiring gagasan reaktivasi jalur kereta yang sudah mati di seluruh Jawa. Untuk Bondowoso sendiri, tidak diketahui alasan konkrit mengapa reaktivasi jalur kereta mendek hingga berganti pada gagasan dan peresmian Museum Kereta Api Bondowoso.

Dari asumsi akan mahalnya tiket kereta jika reaktivasi jalur kereta Kalisat-Panarukan yang jauh lebih tinggi dari pada harga tiket kereta Jember-Banyuwangi, mahalnya tiket dikarenakan tingginya biaya reaktivasi karena banyak besi rel yang hilang, tanah yang dulunya sebagai jalur kereta sudah beralih fungsi menjadi pemukiman permanen warga. Pembebasan lahan yang tak kunjung menemui titik kesepakatan.

Akibat dari tidak ditemukannya titik kesepakatan itu, maka reaktivasi jalur kereta yang tergagas dari 2015 itu gagal diwujudkan dan berubah halauan menjadi Museum Kereta Api Bondowoso.

Menarik untuk mendengarkan glorifikasi-heroistik yang tertuang dalam gagasan Museum Kereta Api. Dipilihnya menjadi Museum Kereta Api bukan tanpa alasan. Adanya korelasi antara historis Peristiwa Gerbong Maut dengan non-aktifnya jalur kereta Kalisat-Panarukan menjadi alasan utamanya.

Gagasan serta penetapan Museum Kereta Api dipandang lebih konkrit dalam menaikkan pendapatan daerah dari sektor wisata dan Museum Kereta Api ini akan menambah satu destinasi wisata. Dampak dari bertambahnya destinasi wisata diharapkan terdapat peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bondowoso.

Belum lagi, labeling museum kereta api pertama yang ada di Jawa Timur seolah memberikan oase baru bagi pariwisata Bondowoso. Bertambahnya obyek wisata yang akan berdampak pula pada peningkatan pendapatan daerah.

Menurut penulis, salah urus atau kegagalan konsep historis Peristiwa Gerbong Maut yang terkonsep dalam Museum Kereta Api Bondowoso. Mengapa demikian? Apa yang dipamerkan dalam museum tersebut hanya berupa gerbong replika dari gerbong yang digunakan dalam insiden kemanusiaan tersebut.

Peralatan kerja yang pernah digunakan pada kereta api dari masa ke masa, semisal tiket Edmonson, Mesin Cetak Tanggal Karcis, Lampu Hansen, Stempel, Mesin Tik, Telepon, Topi PPKA, Peluit, Foto, Reglemen.

Di mana kita mengetahui, minimal penggambaran suasana pada saat 100 (seratus) tahanan perang Bondowoso dialihkan ke Penjara Bubutan, Surabaya? Tidak ada korelasinya, semua gagasan glorifikasi-heroistik hanya semu, mentah semua.

Konsep itu gagal, hanya sebuah euforia yang menggambarkan bahwa kita memiliki museum kereta yang salah satunya terinspirasi dari peristiwa kemanusiaan Tragedi Gerbong Maut. Jika memang, salah satu inspirasinya merupakan historical glorifikasi-heroistik tentang Peristiwa Gerbong Maut, ada baiknya jika pemerintah mengkaji ulang konsep tersebut.

Bukankah lebih baik, kita merealisasi reaktivasi jalur kereta jika ingin menyelami menggunakan moda transportasi ular besi itu dengan historis Tragedi Gerbong Maut. Penumpang bisa merefleksikan suasana kontekstual tersebut, bagaimana gambaran suasana para tahanan perang sengaja dikurung dalam ruangan tanpa sirkulasi udara yang berbentuk gerbong kereta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun