Mohon tunggu...
Riski Pratama
Riski Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Buruh Harian diri Sendiri dan Penjinak Isu dengan tulisan yang tidak berfaedah

Belajarlah dari kesalahan. Jika kau belajar dari kebenaran maka tak ada yang namanya proses. Jika Ragu Pulang Saja !!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membaca Tanpa Mengeja

29 Januari 2023   21:50 Diperbarui: 29 Januari 2023   21:54 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Iqra' merupakan diksi semu yang ditafsirkan dengan berbagai makna oleh setiap manusia. Alih-alih dipahami dengan sekedar makna "bacalah!". Diksi ini terlampau filosofis bagi kaum-kaum yang menganggap diri mereka terpelajar akan tetapi tidak mau untuk belajar akan makna yang sebenarnya. Jika dengan membaca dapat membuka cakrawala dunia, maka apalah makna membaca tanpa mengeja ?. Ketentuan iqra' yang telah disakralkan sebagai aktivitas magis dibuat tereduksi secara nyata oleh beberapa orang yang menganggap diri mereka terpelajar. Karena watak dan karakteristik "pembaca" yang arogan, seolah-olah iqra' dimaknai hanya sekedar membaca. Lantas pengejaan atas membaca dilupakan dan disingkirkan dari makna hakikat yang tersematkan secara konsekuen.

Apa gunanya membaca potongan-potongan misteri tanpa mau mengeja makna yang tersembunyi dari potongan-potongan tersebut ?. sama halnya dengan berjuang secara maksimal untuk orang terkasih, akan tetapi perjuangan tersebut tak pernah dieja maknanya, sehingga hanya sia-sia dan luka yang didapat. Bukankah seseuatu yang sia-sia sama sekali tak bermakna, alih-alih menjadi bermakna, maka makna tersebut hanyalah torehan duka yang diperpanjang dengan segelimang penderitaan.

Membaca bukanlah sesuatu yang harus dimaknai secara sesumbar, jika dengan menjadi pembaca membuat seseorang berubah layaknya pembunuh berdarah dingin tanpa tau akan maksud dan tujuan dari membaca. Jika pembunuh adalah nista yang rela berdarah-darah dengan tangannya untuk merenggut nyawa yang lain, maka pembaca bak pembunuh adalah subjek sadis yang lebih nista karena memiliki anggapan telah sesumbar denga nisi kepala.

Realitas tak terbantahkan adalah diksi iqra' akan senantiasa menjadi diksi yang debatable bagi orang-orang yang memaknai aktivitas tersebut hanya sekedar melihat goresan pena yang melekat dalam lembar-lembar kertas tak bermakna. Sebagai diksi yang memiliki nilai magis karena dapat merubah "Si-Bodoh menjadi Si-Pintar" serta merubah "Pembunuh amatir menjadi Pembunuh professional". Diksi ini sudah seharusnya dkembalikan ke khittahnya agar senantiasa tersanding dengan makna yang agung. Layaknya makna "Aku" yang secara khitahnya terdefinisi sebagai penunjuk akan eksistensi dan makna "Kamu" yang secara khitahnya terdefinisi sebagai penunjuk bahwa "Aku" tanpa "Kamu" adalah hal yang tidak realistis.

Maka membacalah dengan mengeja !! jangan tergesa-gesa, seakan-akan dunia telah menjadi "Apa" yang telah kita jawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun