Mohon tunggu...
Riski Pratama
Riski Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Buruh Harian diri Sendiri dan Penjinak Isu dengan tulisan yang tidak berfaedah

Belajarlah dari kesalahan. Jika kau belajar dari kebenaran maka tak ada yang namanya proses. Jika Ragu Pulang Saja !!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alienasi dan Manusia Modern

25 Juni 2022   17:38 Diperbarui: 25 Juni 2022   17:41 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Modernisme adalah puncak hegemoni alat produksi, industrialisasi dan pangsa pasar sebagai penentu kehidupan. Hidup di dunia yang serba modern seperti sekarang ini adalah bentuk yang mungkin digandrungi banyak orang. Karena di dunia seperti sekarang ini, mengobrol dengan teman atau sejawat jauh tak lagi harus berpacu dengan lelah karena perjalan, ingin makan tidak lagi perlu susah untuk pergi ke warteg, untuk melihat bagaimana keadaan di luar negeri tidak perlu untuk mahal-mahal membeli tiket pesawat. Semua hal kini sudah tersedia lewat instrumen tekhnologi yang hari ini bisa diakses oleh siapapun.

Modernisme dianggap sebagai puncak peradaban manusia. Sebagai pelaku sejarah, manusia menjadi tokoh utama dalam peradaban yang kini serba ada, serba cepat dan serba tahu. Rasionalitas sebagai kultur peradaban modern adalah puncak manusia sebagai "Hewan Yang Berfikir". Kultur rasionalis inilah yang menjadikan akal adalah penentu segalanya. Karena pada peradaban inilah, penemuan-penemuam sains dan tekhnologi dapat dikembangkan melampaui bayangan yang manusia sendiri pun tak pernah membayangkannya.

Peradaban hari ini mungkin membawa kita menjadi manusia yang seutuhnya. Maksudnya adalah menjadi manusia yang menyadari bahwa fitrah berfikir adalah perangkat yg sudah tersematkan dalam diri kita sejak zaman azali dulu. Namun, semakin era ini membawa kita melangkah lebih jauh, semakin kita akan berfikir bahwa "Tidak ada yang lebih hebat daripada Rasionalitas". Sungguh ini adalah puncak daripada kesombongan yang tidak akan pernah disadari.

Bagaimana kita mengambil ibrah dari pembuat titanic yang mengatakan bahwa "Tuhan sekalipun tidak dapat menenggelamkan kapal ini". Bukankah kita tahu Kapal Titanic, Kapal pesiar yang menjadi maha karya pada zamannya. Mahakarya yang dibuat oleh tangan manusia yang penuh akan kekurangan dibandingkan kekuasaan Sang Pencipta. Hal ini tentunya menjadi ibrah bahwa kita hanyalah manusia yang mampu mendayagunakan nalar dan tidak lebih.

Di era yang terbangun gedung megah, gedung pencakar langit bahkan manusia-manusia yang memiliki keinginan hidup di mars hari ini, kita masih banyak melihat keluarga yang hanya hidup di bantaran sungai, di bawah jembatan bahkan hidup di lingkungan yang dapat dibilang tidak layak untuk ditempati. Lantas dimana kesadaran akal sehat kita ? Bukankah akal selalu mengamini kehidupan yang layak bagi manusia. Apakah itu hanya gimick belaka ?

Itulah alienasi ! Bahwa ada gap yang tercipta antara kesadaran manusiawi dengan produk yang diciptkannya. Alih-alih ingin menciptakan peradaban yang modern, akan tetapi semua hasilnya penuh dengan kekosongan nilai. Tidak heran kehidupan yang katanya modern -- berkemajuan -- malah menjadi peradaban yang makin memundurkan nilai-nilai kehidupan manusia itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun