Peningkatan emisi karbon telah menyebabkan penurunan yang semakin memburuk dalam kualitas udara. Partikel-partikel polutan yang dilepaskan ke atmosfer dari berbagai sumber, seperti industri dan kendaraan bermotor, berkontribusi pada masalah kesehatan masyarakat dan dampak lingkungan yang merugikan.Â
Dikutip dari laman IQAir, kualitas udara di  DKI Jakarta terpantau masih masuk kualitas tidak sehat dan menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor ketiga di dunia hari ini, Selasa (22/8/2023) pagi.Â
Emisi karbon yang semakin meningkat telah berdampak serius terhadap kualitas udara dan memperburuk kondisinya secara signifikan. Penurunan kualitas udara ini disebabkan oleh partikel-partikel berbahaya seperti PM2.5 (partikular meter dengan diameter kurang dari 2.5 mikrometer) dan ozon permukaan membentuk polusi udara yang disebabkan oleh campuran dari asap dan kabut yang merusak kualitas udara.
Emisi karbon ternyata memberikan dampak yang cukup terasa bagi aspek kehidupan, seperti lingkungan, kesehatan hingga kegiatan perekonomian. Emisi karbon berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim yang dapat menyebabkan peningkatan suhu bumi, naiknya permukaan air laut, dan kerusakan ekosistem.Â
Para peneliti berhasil mengungkap bahwa emisi antropogenik dari satu triliun ton karbon cenderung menyebabkan peningkatan suhu global sebesar dua derajat Celcius.Â
Perubahan iklim dapat merusak pertanian dengan menurunkan produktivitas tanaman, mengganggu rantai pasokan pangan global, serta meningkatkan biaya pemulihan dari bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim tersebut.Â
Sam Myers, seorang doktor dan peneliti senior yang mempelajari kesehatan lingkungan di Harvard T.H. Chan School of Public Health mengatakan bahwa perubahan iklim dapat memengaruhi pasokan pangan dunia dalam tiga aspek, yaitu kuantitas, kualitas, dan lokasi".
Emisi karbon membawa risiko serius bagi kelangsungan hidup organisme yang mendiami planet Bumi. Polusi udara akibat emisi karbon dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti penyakit pernapasan, alergi, infeksi saluran pernapasan atas, dan bahkan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke pada manusia.Â
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018 menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang menghirup udara yang mengandung polutan tingkat tinggi dan estimasi mengungkapkan angka kematian yang mengkhawatirkan, yaitu sebanyak 7 juta orang setiap tahunnya yang disebabkan oleh polusi udara ambien (luar ruangan) dan rumah tangga.Â