Mohon tunggu...
Caramelmachiato
Caramelmachiato Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tetaplah menjadi baik di lingkungan yang kurang baik~

Hello to my self:)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hiduplah Seperti Semut-semut Kecil

4 Mei 2019   17:42 Diperbarui: 4 Mei 2019   18:08 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar fcsairplay.com/

Hidup itu sebuah proses untuk menjadikan sesuatu yang sulit menjadi mudah, yang buruk menjadi baik, musuh menjadi teman, membantu untuk meringankan, tersenyum untuk menyejukkan dan bersikap baik untuk menyenangkan. Tak harus selalu dipuji karena terkadang pujian itu membuat kita terbang terlalu jauh, berangan terlalu tinggi menjadikan hati suci menjadi dengki untuk bersikap sesuka hati.

Manusia tak bisa hidup sendiri, mereka membutuhkan pelukan, bantuan, uluran tangan dari orang-orang yang bahkan tak mereka kenal. Peluk tubuh mereka yang terpuruk di jurang keputusasaan, pegang tangan mereka yang terlanjur larut dalam kesedihan, usap air mata yang terbuang sia-sia, tak perlu saling mengenal untuk membagi cinta, tak perlu satu keluarga untuk saling memberi bantuan.

Belajarlah dari semut yang mengedepankan sopan santun dalam kehidupan, semut saling bersalaman satu sama lain yang bahkan tak saling kenal, mereka saling berkomunikasi tanpa memandang hal apapun. Lihat mereka, gotong royong membangun sebuah singgasana, mencari makanan untuk dinikmati bersama.

Semut itu kecil, tapi mereka mempunyai kekuatan yang luar biasa jika bersatu menjadi sebuah kesatuan. Mereka di injak-injak tapi tak pernah dendam, berjalan beriringan sejajar tak saling berebut untuk mencapai tujuan. Semut juga pemilih, mereka hanya mendekati sesuatu yang manis, selain itu mereka tak peduli bahkan  tak berani untuk mendekati.

Tidak bisakah kita hidup seperti semut? yang saling menolong satu sama lain tanpa memandang ras, agama atau hal apapun itu? bisakah menjadi semut yang hidup bersama untuk mencapai satu tujuan, tidak dengan keegoisan untuk selalu menang dari yang lain?

Beberapa orang terkadang memendam rasa dendam yang begitu dalam terhadap orang lain, yang membuat hati tak mengenal lagi rasa ikhlas dan sabar, yang terbutakan oleh besarnya sikap dendam yang tertanam didalam hati dan pikiran. Coba pikirkan lagi, andai saja manusia tak mudah terbawa arus, andai saja manusia lebih pintar untuk menjatuhkan sebuah keputusan mana yang baik dan mana yang buruk.

Manusia di ciptakan memiliki otak untuk berfikir, bagaimana cara untuk menjadi pribadi yang lebih baik bukan untuk memikirkan cara menjatuhkan orang lain dengan cara yang ia anggap benar. Setidaknya dunia ini akan sedikit damai jika manusia hidup berdampingan, saling menghargai satu sama lain, mencintai dengan tulus, menyelesaikan masalah dengan cara kekeluargaan bukan dengan keegoisan atau keras kepala yang sangat sulit tuk berdamai.

04052019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun