Mohon tunggu...
Riska Yunita
Riska Yunita Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Be your own kind of beautiful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Menjadi Bijak Bersama

19 Juli 2021   10:01 Diperbarui: 19 Juli 2021   10:27 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : www.pexels.com

Mungkin terasa sulit untuk bisa mengubah pemikiran orang perihal apa yang sudah mereka yakini sebelumnya. Namun jika kita bisa menyampaikan sesuatu yang sesuai dengan situasi mereka, saya rasa mereka pun akan bisa memahami niat yang kita sampaikan. 

Cara berkomunikasi dan saling menghargai menjadi hal yang sangat minim dirasakan belakangan ini. Ketika yang memiliki akses untuk bisa berbagi informasi tidak bijak menggunakan kemampuannya dengan memberi informasi yang sumbernya belum terverifikasi. Ketika setiap orang saling berusaha 'memaksa' orang disekitarnya mengikuti cara pikirnya. Ketika yang awam tidak paham akan menverifikasi mana sumber yang relevan mana yang tidak. Semua menjadi semakin kacau ketika kita tidak bisa berkomunikasi secara bijak dan sesuai dengan siapa yang ingin kita ajak  berkomunikasi.

Di sini ada contoh nyata yang sederhana yang mungkin bisa saya sampaikan dan saya harap bisa menjadi pemahaman atas apa yang saya sampaikan perihal cara berkomunikasi dan saling menghargai yang saya banyak tekankan dalam hal ini.

Saya adalah salah satu kalangan awam yang tidak mengerti perihal kondisi ini pada awalnya. Saya cenderung hanya mengikuti apa yang diperintahkan tanpa mencari tahu apa yang sebenernya kita hindari. Sampai akhirnya ayah saya harus masuk ke rumah sakit di awal tahun 2021 kemarin.

Ayah di diagnosa terserang demam berdarah kala itu. Karena berada di kondisi pandemi, rumah sakit memang mengharuskan semua calon pasien harus di test PCR terlebih dahulu dan ayah negatif saat itu. Karena hanya diagnosa demam berdarah maka ayah masih diperkenankan ditemani satu anggota keluarga yaitu saya saat itu dan saya pun harus di test saat mendaftarkan diri sebagai wali pasien dan hasilnya negatif.

Hari ke-3 saya harus bertukar dengan Ibu dan akhirnya Ibu mengikuti prosedur yang sama dan semua dalam kondisi baik. Dan sampailah di hari ke-5, pihak rumah sakit mengabari saya untuk memohon izin melakukan test PCR kembali kepada ayah karena kondisinya mulai tidak stabil.

Saya sedang bersama adik saya ketika pihak rumah sakit menghubungi. Dan adik saya memiliki pemikiran berbeda soal pandemi ini. Dia yang masih menjadi mahasiswa yang entah mencari informasi dari mana terus mencecar saya perihal informasi-informasi yang terkesan negatif perihal rumah sakit. Inti dari pendapatnya adalah ia tidak setuju ayah melakukan test lagi karena khawatir akan di covid-kan pada akhirnya.

Saya bukan orang yang mengerti perihal virus itu sendiri. Saya tidak tahu bagaimana cara menjelaskan atau mendebatkan pemikirannya karena saya pribadai tidak paham akan proses bagaiman virus ini menjangkit atau dampaknya pada kami. Di pikiran saya saat itu hanyalaj saya ingin ayah sembuh.

Dan akhirnya saya melakukan janji temu dengan dokter di rumah sakit ayah di rawat. Saya mengajak adik saya untuk bertanya langsung atas apa yang ia ragukan kepada mereka yang mengerti ini secara benar. Saya rasa itu hal paling bikal untuk kondisi kami berdua.

Dokter pun menjelaskan kondisi ayah secara detail. Bahkan menceritakan solusi dan langkah selanjutnya entah hasilnya positif dan negatif pada test yang akan dilakukan. Dan akhirnya adik saya pun menjadi lebih yakin setelah apa yang dia dengar secara langsung. Saya tidak menyalahkan pemikirannya. Dia bersikap demikian karena khawatir ayah menjadi korban atas oknum yang mungkin menyalahgunakan kekuasaan. Pada akhirnya saya pun menjadi lebih miris dengan pemberi informasi yang hanya membuat orang menjadi memiliki pemikiran yang negatif perihal kondisi ini. Hal itu jika dibiarkan mungkin biasa membuat adik saya atau kalangan yang punya pemikiran serupa makin tidak percaya akan adanya pandemi ini. 

Dan akhirnya ayah menjalani test kedua dan hasilnya adalah positif covid-19. Sekali lagi karena kami sekeluarga tidak paham, kami berkonsultasi penuh kepada rumah sakit u tuk tindakan selanjutnya. Pihak rumah sakit memberikan informasi terkait prosedur dan alternatif solusi atas kondisi ayah. Karena pada saat itu semua rumah sakit rujukan covid sednag penuh, akhirnya ayah dirawat dengan bantuan asuransi. Bahkan pihak rumah sakit menjelaskan kepada kami detail biaya untuk perawatan ayah selanjutnya. Pihak asuransi pun bekerja sama dengan baik untuk membantu pencairan biaya rumah sakit ayah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun