Mohon tunggu...
Riska Yunita
Riska Yunita Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Be your own kind of beautiful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kapan Nikah?

26 September 2020   08:22 Diperbarui: 26 September 2020   08:26 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.pinterest.com

"Saya belum menikah karena saya masih melanjutkan pendidikan. Bahkan saya membiayai pendidikan saya dengan beasiswa yang saya dapatkan. Namun saya tak pernah mendapat apresiasi, hanya karena saya belun menikah."

Kisah yang dibagikan teman saya mungkin hanya gambaran kecil dari bagaimana lingkungan memperlakukan kami, para wanita yang belum menikah. Dibeberapa kisah ada kalanya tahapnya bukan hanya dituntut untuk segera menikah namun sampai direndahkan hanya karena kami adalah wanita.

Untuk apa wanita mengemban pendidikan tinggi-tinggi, untuk apa wanita berjuang dalam karir, toh akhirnya kodratnya akan menjadi pendamping suami dan seorang ibu yang mengurusi rumah tangga.

Di jaman yang sudah berkembang seperti sekarang ini, miris rasanya melihat masih ada yang berpikiran demikian. Yang menyamaratakan jalan hidup seorang wanita. Bukankah setiap orang memiliki perjalanan dan hak atas kehidupannya sendiri? 

Jika kalian bertanya kepada kami para wanita yang belum menikah, jawaban dari kami mungkin sebagian besar akan sama.

"Siapa juga yang tak ingin menikah, kami juga mau."

Hal itu yang sebenarnya ingin kami sampaikan. Namun cara pandang masyarakat kita yang tidak peduli tentang alasan dibalik semua itu menjadikan tekanan sendiri bagi kami. Seakan belum menikah adalah sebuah predikat buruk yang akan membuat malu keluarga.

Saya tidak menentang pernikahan di usia muda atau mereka yang memilih menikah dibanding berkarir. Sekali lagi semua itu pilihan dan jalan hidup masing-masing orang. Yang saya sangat sayangkan adalah bagaimana cara pandang masyarakat kita tentang langkah pernikahan itu sendiri.

Sekali lagi, setiap wanita di dunia ini saya rasa pasti ingin menikah dan memiliki kehidupan keluarganya sendiri. Namun jalan untuk sampai di langkah itu tentulah tidak akan sama setiap orangnya. Ada yang lancar lurus ke depan saat bertemu jodohnya, ada yang harus berkelana jauh sampai menjemput pasangan seumur hidupnya, ada yang masih harus berjuang untuk kehidupan keluarganya sebelum ia membangun kehidupan keluarga untuk dirinya sendiri, atau ada yang dituntut karena keadaan. Semua punya jalannya masing-masing.

Jika kita bisa menghargai  alasan dari seseorang yang ingin menikah, lalu mengapa kita tidak bisa juga menghargai latar belakang atas mereka yang belum menikah?

Kami mengerti akan ada tahap dimana menikah menjadi pertanyaan yang akan sering kami terima, dan hal itu bukan hal yang bisa dihindari. Namun saya harap, kita bisa lebih menghargai perjalanan hidup dari orang lain tanpa memberikan ukuran atau perbandingan. 

"Silakan bertanya jika ingin tahu, namun diamlah jika untuk menghargai dirasa belum mampu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun