Mohon tunggu...
Riska Monicha
Riska Monicha Mohon Tunggu... Mahasiswi Ilmu Komunikasi - Universitas Pamulang

Hobi kuliner dan nonton

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terjebak "Flexing" Online? Saatnya Sadar Diri Demi Kesehatan Mentalmu!

3 Juni 2025   12:23 Diperbarui: 3 Juni 2025   13:01 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditengah gelombang digital yang terus bergulir, upaya untuk sepenuhnya melepaskan diri dari media sosial terasa kian mustahil. Bahkan, kebiasaan sederhana seperti bangun tidur pun kini terwarnai oleh kebutuhan untuk segera terhubung, mencari kabar dan update terkini melalui layar ponsel. Fenomena bangun tidur dan langsung memeriksa ponsel, terutama media sosial, semakin lumrah di era digital ini. Riset terbaru dari Survei Internet Indonesia 2023 -- 2024 yang dilakukan oleh APJII menunjukan betapa internet telah merasuk kedalam kehidupan sehari -- hari masyarakat Indonesia. 

Tercatat, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 79,50% pada tahun 2024, dengan lebih dari 221 Juta jiwa terhubung secara daring. Menariknya, survey tersebut juga menyoroti perbedaan tingkat penetrasi berdasarkan kelompok usia. Generasi Milenial (93,17%) dan Gen Z (87,02%) , menunjukan tingkat konektivitas tertinggi, mengindikasikan bahwa media sosial kemungkinan memaikan peran yang lebih dominan dalam kehidupan sehari-hari kelompok usia ini.

Selain perannya yang positif sebagai jendela informasi dan sarana komunikasi yang praktis, media sosial juga menyimpan potensi dampak buruk terhadap kesehatan mental penggunanya. Salah satunya adalah tren gaya hidup yang sering kali tidak realistis dan sulit diikuti oleh semua orang. Perbedaan standar hidup antarindividu dapat memicu perasaan rendah diri, kurang bersyukur, hingga keinginan untuk memaksakan diri melampaui kemampuan. 

Sayangnya, banyak generasi muda terperangkap dalam idealisasi gaya hidup mewah di media sosial. Mereka terdorong untuk membeli barang-barang mewah melalui pinjaman online, yang pada akhirnya berujung pada ketidakmampuan membayar. Situasi ini dapat menyebabkan tekanan dari penagih utang, perasaan putus asa, hingga tragisnya, keinginan untuk mengakhiri hidup.

Dalam Teori kultivasi oleh George Gerbner menyatakan bahwa paparan media jangka panjang membentuk bagaimana konsumen media memandang dunia dan berperilaku.

Semakin besar kemungkinan mereka untuk mempercayai dan menginternalisasi pandangan dunia yang disajikan oleh media tersebut. Dalam konteks kecanduan media digital, paparan terus-menerus terhadap konten tertentu dapat memengaruhi persepsi individu tentang realitas sosial, citra diri, hubungan interpersonal, dan nilai-nilai. Misalnya, paparan berlebihan terhadap konten yang menampilkan gaya hidup mewah atau standar kecantikan tertentu dapat menyebabkan ketidakpuasan dan perbandingan sosial yang negatif.

Sebagai generasi yang tumbuh di era digital, kita tak terhindarkan dari pesatnya kemajuan teknologi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membangun keseimbangan yang sehat antara interaksi di dunia nyata dan aktivitas di media sosial. Kesadaran diri akan kemampuan dan batasan pribadi, terutama dalam gaya hidup, menjadi kunci untuk menjaga kesehatan mental. Kita perlu menyadari bahwa realitas yang ditampilkan di media sosial seringkali tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan.

Sebagai generasi penerus bangsa, mari kita bersama-sama mendorong budaya memilah dan memilih konten yang positif serta bermanfaat. Mari kita optimalkan media sosial sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup dan menebarkan kebaikan. Kesehatan mentalmu adalah prioritas utama. Jangan biarkan tren media sosial menggerogoti kebahagiaanmu.

 "Kamu tidak harus mengendalikan pikiranmu. Kamu hanya harus berhenti membiarkan mereka mengendalikanmu." Dan Millman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun