Mohon tunggu...
Riska Y. Imilda
Riska Y. Imilda Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

IG: riskayi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berakhir

2 Juli 2018   07:59 Diperbarui: 2 Juli 2018   08:19 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Kamu pernah nggak, teriak-teriak dalam pasir atau dalam air  atau juga saat mulutmu disumpal bantal? Terus dilubuk hatimu, kamu menangis sejadi-jadinya tapi air mata tidak keluar? Pernah?"

Kala itu, dia berucap, menatapku dan pergi..

***

Aku sebutkan saja, sosoknya tak sama sekali menarik untuk dibicarakan. Bahkan, mungkin saat aku menceritakannya, dia tidak layak mendapatkan hal tersebut. Entah sejak kapan, aku mulai tediam hampir mematung. Otakku bergerak serta berputar, mengalihkan semua pemikiranku ke arah dia. Ini melelahkan nan menyesakkan.

" Sejujurnya, aku tak suka menceritakan seseorang yang kuharapkan dalam ceritaku. Aku takut mendahului Dia yang sudah menyiapkan ceritanya untukku. Jikalau, aku menulis cerita yang indah-indah saja. Ada satu hal yang Aku takutkan, yaitu akhir kenyataan yang mungkin tak sesuai ceritaku," tuturku.

Kali ini, aku duduk didepan seorang wanita yang sedari tadi memaksaku untuk bercerita. Tak habis-habisnya, ia menggelitikku dengan berbagai pertanyaan. Terkadang, aku merasa geli atas setiap tanya yang terlontar dari mulutnya.

" Sedikit saja, dia kan sudah dekat denganmu,"

" Tidak bisa, dia hanya teman. Tak dekat, itu saja," ucapku singkat.

" Aku tidak ingin tau banyak tentangnya. Tapi, cukup kamu ceritakan saja sosok dan bagaimana cara dia berbicara didepanmu. Aku ingin tau,  kalau tidak,  kamu bawa dia untuk  bertemu denganku,"

Wanita itu berkerut sembari memperbaiki kacamatanya. Ia berulangkali mengelap alat bantu penglihatan tersebut. Barang sudah lima kali bahkan lebih, ia berputar mengitari lensa dengan kain lap. Tak jarang, juga ia membuat embun dari hawa nafas yang ia hembuskan dikacanya.

"Bu, tidak secepat dan semudah itu," aku hampir saja terkejut dan ingin melempar tas yang tadinya kusandang, mendemgar ucapanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun