Mohon tunggu...
Riska Y. Imilda
Riska Y. Imilda Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

IG: riskayi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kata Romantis di Balik Hujan

11 Maret 2018   17:21 Diperbarui: 11 Maret 2018   17:38 2175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ultraimg.com/

Berapa banyak lembaran yang harus kututup dan terlewati dalam hujan. Mengapa harus hujan dalam bayangan selalu teringat untuk diabadikan. Aku selalu ungkapkan itu, benci hujan serta semua yang bekaitan dengannya. Kembali, aku tutup lagi lembaran tulisan-tulisan yang berhasil membuatku ingin muntah atas ceritanya. Mataku memang terpaku didalam kata-kata yang terangkai, tetapi benakku lain. Benak ini, berani mengkhianati dan melayang serta menyatu pada pemikiran. Aku terjebak lagi dalam hujan.

Sungguh menyebalkan! Keluhku, celana panjangku yang baru saja tadi pagi aku setrika halus dan ditambah dengan wewangian. Lagi dan lagi, harus menerima kenyataan terkena genangan bahkan cipratan air dari sang pengendara yang melintas disisiku. Sepatu kets coklat kesayanganku merembas. Ternyata hujan tidak sendiri, ia dan halilintar berhasil membuatku lari tunggang langgang.

Pyuhh, aku berteduh di dalam bangunan ini.

"Kalau ingin menulis kisah romantis dan penuh kasih sayang, perbanyaklah membaca buku-buku yang bernuansa kelembutan serta ketenangan juga Ka," bisik seseorang disampingku.

Aku terperangah, kemudian berhenti sejenak dan menggengam erat buku yang kubaca.

"Kamu tahu, kamu tidak akan menemukan kisah romantis dan bayangannya dalam lembaran-lembaran yang menceritakan berbagai hal menyakitkan. Pemikiran-pemikiranmu, perlahan akan mencerna kata-kata didalamnya," ucapnya kembali, kini perlahan menatapku.

Aku membatu tanpa membalikkan pernyataan yang sebenarnya. Aku tak bisa berucap, diam mungkin lebih baik untuk menunjukkan bahwa aku belum siap dengan alasan yang terbaik. Keberanianku belum semudah itu tuk membalasnya.

***

Kata-kata itu terngiang, tiap kali aku harus membaca cerita kriminal bersamaan dengan konflik beratnya. Benar sekali. Usai membaca kisah beberapa ulasan kejamnya kehidupan. Tak sedikit, pemikiranku menderita. Begitu kejamnya kehidupan dan sedikitnya kebaikan yang diterima oleh manusia. Aku menderita atas pemikiran sendiri. Terkadang, aku harus menangis tersedu-sedu dalam dengungan diam. Aku banya berdoa, agar kisah itu tak menjadi nyata. Tetapi sayangya, semua yang ditulis dalam kata-kata adalah berkat hasil dari kejadian yang nyata dan perkiraan tentang kenyataan. Lalu, susah untuk memberhentikan rutinitas bacaanku.

"Ka, kisah kekejaman kehidupan itu sudah diatur oleh sang penulisnya. Jangan coba untuk memikirkan lebih, andai kamu menginginkan sesuatu yang baik dan mengalir begitu saja. cobalah untuk membaca kisah ringan. Obatilah pemikiranmu dengan kata-kata halus yang menenangkan," tuturnya kembali mengingatkanku.                                                             

Aku masih terdiam untuk yang sekian kali. Penyataan yang ingin sekali kubalas tetapi susah untuk dijelaskan. Di dalam benakku, aku berkata. Susah sekali menghilangkannya, berat dan sulit untuk dihilangkan. Kisah-kisah itu akan mengajarkanku banyak hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun