Mohon tunggu...
Riska Anjani
Riska Anjani Mohon Tunggu... Lainnya - Bismillahirrahmanirrahim

Mahasiswa Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kekurangan Pelengkap Kebahagiaan Yang Sempurna

21 Januari 2021   20:40 Diperbarui: 5 Februari 2021   10:36 2985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WhatsApp Image 2021-01-21 at 19.18.52

IDENTITAS BUKU :

  • Judul buku : Berdamai Dengan Diri Sendiri : Seni Menerima Diri Apa Adanya
  • Penulis : Muthia Sayekti
  • Tahun terbit : Oktober 2018
  • Kota diterbitkan buku : Yogyakarta
  • Nama penerbit : Psikologi Corner
  • Tebal buku : 215 halaman

Buku “Berdamai Dengan Diri Sendiri : Seni Menerima Diri Apa Adanya” merupakan karya dari Muthia Sayekti. Ia lahir di Semarang 12 Desember 1993, lulusan sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo. Saat buku ini ditulis, ia masih menjadi seorang pengajar bahasa di sebuah sekolah swasta di desa daerah Juwiring, Klaten, Jawa Tengah. Buku ini di latar belakangi oleh kondisi penulis, Muthia Sayekti, yang mengalami gejolak hati akan jati dirinya. Mengalami masalah yang popular di kalangan generasi saat ini, yaitu Quarter Life Crisis.

Maksud dari penulisan buku ini, yaitu agar para pembaca bisa mencintai diri sendiri dan lebih bersyukur atas pemberian dari Tuhan. Tujuan dari buku ini, penulis mengajak para pembaca agar menerima apapun kekurangan maupun kelebihan di dalam diri kita yang dianugerahkan oleh Tuhan yang Maha Esa. Dengan menuliskan buku ini, penulis berharap dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dan berbagi pengalaman dengan pembacanya.

Buku ini berkaitan dengan perbaikan diri atau self improvement. Menggambarkan tentang betapa pentingnya untuk mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri itu sama saja dengan merawat kesehatan diri kita. Entah itu kesehatan mental maupun kesehatan jasmani. Mencintai diri sendiri bukanlah mengasihani atau mementingkan diri sendiri. Memang, mencintai diri sendiri itu butuh proses, tidak instan. Tetapi, itu semua tergantung dari niat dan kemauan dari masing-masing individu. 

Buku ini bisa menjadi obat sekaligus jawaban dari permasalahan yang kita alami. Baik itu berupa identitas diri, rasa minder maupun rasa kurang percaya diri. Rasa minder dan sulit untuk menerima kekurangan diri, sedih ketika gagal, sebenarnya sering terjadi di generasi saat ini. Tidak perlu menjadi diri yang sempurna untuk dicintai orang lain. Cukup cintai dirimu sendiri, maka, orang lain pun akan mencintai dirimu tanpa memandang fisik.

Di cintai itu sama halnya dengan di hargai, di akui keberadaan diri kita di hadapan orang lain. Untuk dapat dicintai oleh orang lain, kita harus mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Bukan hanya menerima dan mengakui kelebihan diri, tetapi, juga kekurangan diri. Generasi muda saat ini hanya bisa membanggakan kelebihan dirinya tanpa mau mengakui kekurangan dirinya. Padahal, kekurangan diri yang terdapat pada diri seseorang itu juga bisa menjadi kekuatan di saat keadaan terpuruk/lemah.

Dalam hal mengungkapkan perasaan, setiap orang pasti punya cara yang berbeda-beda. Kenyataan bahwa orang yang sulit bahagia disebabkan oleh rasa khawatir, cemas yang berlebihan dan sulit untuk menerima kekurangan dirinya. Terlalu membenci diri sendiri dapat mengakibatkan berbagai gangguan psikologis. Untuk mengatasi atau menyikapi kekurangan diri, kita harus merubah pola pikir dan cara pandang terhadap diri sendiri. Jika seseorang mau mencari jati dirinya, maka tidak sulit baginya untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Jangan anggap kekurangan dalam diri sebagai kelemahan.

Jangan biarkan penilaian orang lain mempengaruhi atau mengendalikan diri kita dalam menjelajahi kehidupan. Memiliki kekurangan dan kesalahan bukanlah sebuah bentuk keburukan yang harus di tutupi. Memiliki kekurangan dan melakukan kesalahan bukanlah penghambat untuk menjadi lebih baik lagi. Justru orang yang tidak melakukan kesalahanlah yang tidak pernah berbuat apa-apa.

Terdapat beberapa kutipan dan kata-kata dari buku ini yang menarik perhatian saya, seperti berikut ini :

  • Percaya dirilah. Setiap lekuk dari tubuh kita adalah ciptaan yang Maha Sempurna. Sudah pasti itu yang terbaik.
  • Kalau menurut Prabu Ganendra dalam bukunya yang berjudul “Temukan Siapa Kamu dan Apa Potensimu” ditulis bahwa ketidakmampuan menentukan keinginan dari diri sendiri dan terlalu bergantung pada pilihan banyak orang merupakan awal dari ketidakbahagiaan seseorang.
  • Hidup ini bukan mereka yang menjalani, tapi kita sendiri. Mereka hanya mampu memberi saran tapi tidak akan memberi pertanggung jawaban atas setiap keputusan yang kita ambil.
  •  Jika pikiran kita sudah tertanam prinsip untuk berdamai dengan kekurangan, maka tidak sulit untuk bisa menerima diri sendiri, atau self acceptance.
  • Semua ketetapan yang terjadi dalam hidup kita sudah ditakar sesuai dengan porsinya masing-masing. Tidak ada yang kurang juga tidak ada yang lebih.

Jika anda mengalami masalah tentang diri sendiri, saya sarankan untuk membaca buku ini. Buku ini layak dibaca oleh khalayak umum, terutama para remaja yang sedang mengalami perjalanan/pergolakan batin. Dapat memotivasi diri untuk merubah cara pandang dan pola pikir. Lebih menerima atas kekurangan atau ketidaksempurnaan yang ada pada diri individu masing-masing. Mencintai dan menerima diri apa adanya. Menyadari untuk lebih bersyukur atas pemberian Tuhan.

Bagusnya buku yang diciptakan, pasti memliki kekurangan maupun kelebihan. Sama halnya dengan manusia. Kita cukup menyikapi hal tersebut dengan sabar, ikhlas dan menerima kenyataan yang ada. Kekurangan pada diri kita harusnya menjadi semangat untuk lebih berbenah diri. Jika kalian melihat orang lain selalu sempurna, bukan berarti mereka tidak mempunyai kekurangan sama sekali. Justru, itu tandanya mereka telah berhasil berdamai dan menerima kekurangan yang ada pada diri mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun