Mohon tunggu...
Riska Amalia
Riska Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar SMAN 1 PADALARANG

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Intuisi

20 September 2019   15:07 Diperbarui: 30 September 2019   15:59 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua tahun lalu, aku bersama keluarga pergi berlibur ke Waterboom terbesar yang berada di Kota Cemara. Karena jarak yang cukup jauh, untuk sampai kesana dengan mobil pribadi memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 3 jam perjalanan.  Liburan ini sudah direncanakan jauh-jauh hari dalam rangka refreshing setelah menghadapi ujian sekolah. Tubuh ini terasa lemah tak berdaya karena energi yang sudah terkuras habis. Walaupun begitu, sangat senang rasanya bisa menghabiskan waktu bersama dengan keluarga tercinta.

Aku tengah duduk menyandar pada jok sambil memandang ke arah luar jendela.  Di kala itu hujan turun begitu derasnya dengan dihiasi gumpalan awan hitam di langit. Entah mengapa jantungku berdebar tak karuan, ada rasa gelisah mengganjal hatiku tak beralasan. Rasanya seperti akan ada suatu hal terjadi. Duh.. Perasaan apa ini Ya Rabb. Tak henti-hentinya ku berdoa mengharapkan perlindungan dari Sang Maha Kuasa.

"Gedebukkk.. Aduhhhh!!" terdengar suara dari jok belakang, adikku yang tengah tertidur pulasnya terjatuh dari jok mobil karena Ayah tiba-tiba mengerem mobil mendadak.

"Astaghfirullah.. Ada kecelakaan di depan," ucap ayahku yang terkejut.

"Untung Ayah masih sempat mengerem, jika tidak mungkin si pengendara motor itu akan terlindas, naudzubillah," ucap ibuku dengan wajah pucat.

Ayah dan Ibu keluar dari mobil untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Sementara aku, aku masih diam terpaku setelah melihat apa yang terjadi tepat di depan mataku, aku benar-benar terkejut. Jika Ayahku tidak sigap menginjam rem, entah apa yang akan terjadi. Ah... Benar-benar tak sanggup untuk ku bayangkan. Terimakasih ya Allah, engkau telah memberikan perlindungan untuk kami. 

Ayah dan Ibuku masuk kembali ke dalam mobil untuk melanjutkan perjalanan. Hujan bertambah deras, rasa cemas ini kian menggangguku. Aku bertanya-tanya ada apa lagi ini ya Allah. Aku berfikir mungkin lebih baik aku beristirahat sejenak walau sekedar memejamkan mataku. Tanpa kusadari akhirnya aku pun terlelap selama kurang lebih satu jam.

"Brakkkkkk!" Suara dari belakang terdengar lagi, kali ini disertai dengan dorongan yang sangat keras hingga aku terjatuh dari tempat duduk. Karena tengah tertidur pulas, awalnya kukira sabuk pengamanku terlepas dari slotnya karena ayah yang mengerem mendadak lagi. Tapi ternyata, ada mobil yang menabrak bagian belakang mobilku.

"Kak, bangun mobil kita ditabrak. Pelakunya berusaha melarikan diri," samar samar suara ibuku terdengar. 

Aku mengucek mata berusaha menyadarkan diri. Lalu, aku melihat ke arah belakang mobil, benar saja kondisinya rusak parah dengan kondisi penyok dan kaca yang hampir pecah. Ayahku menaikkan kecepatan mobilnya untuk mengejar si penabrak itu, kulihat raut wajahnya yang menampakkan rasa amarah. 

Mungkin, situasi tidak akan serumit ini jika si penabrak mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf, Ayahku pun mungkin akan memakluminya. Bukan malah melarikan diri dari masalah. Lagipula, aku yakin tidak ada satu orang pun di dunia ini yang menginginkan musibah terjadi, mau tidak mau kita harus siap menghadapi, karena semua ini merupakan takdir Sang Ilahi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun