Teman-teman tentunya sudah tidak asing lagi dengan apa itu 'membaca'.
Yaa.. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh suatu pesan atau informasi dalam sebuah bacaan. Sedangkan berpikir kritis adalah konsep untuk merespon suatu pemikiran yang diterima oleh seseorang. Dalam critical thinking, Michael Scriven, seorang profesor di bidang ilmu perilaku dan organisasional dari Claremont Graduate University, menyatakan bahwa berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil membuat konsep, menerapkan, menganalisis dan/atau mengevaluasi informasi.
Di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, menuntut seseorang untuk memperbanyak membaca. Jika tidak, seseorang akan mudah tertinggal. Namun pada kenyataannya, minat baca remaja sekarang ini sangatlah rendah. Padahal, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari membaca.
Apasih manfaat membaca?
Untuk meningkatkan kemampuan dalam berpikir kritis, membaca mimiliki begitu banyak manfaat khususnya didunia pendidikan saat ini. Mulai dari meningkatnya pengetahuan kosakata, mengurangi stres, dapat menstimulasi mental, melatih ketrampilan berfikir dan menganalisa, meningkatkan kualitas memori, hingga meningkatnya daya fokus dan konsentrasi.
Dari manfaat positif tersebut, seseorang akan memiliki wawasan yang lebih luas. Semakin luasnya wawasan, tentu saja semakin terbuka dalam menghadapi masalah, konflik ataupun dalam menyikapi masalah kehidupan.
Kesadaran akan pentingnya membaca dalam kemampuan berpikir kritis perlu ditingkatkan. Karena tingkat membaca masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil survei tahun 2019 minat baca masyarakat Indonesia menempati rangking ke-62 dari 70 negara. Minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen menurut data UNESCO. Itu artinya, dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca.