Mohon tunggu...
Riska Amelia
Riska Amelia Mohon Tunggu... Freelancer - Absurd

Seorang yang suka dengan sastra dan filsafat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pencuri-pencuri Buku

16 September 2021   20:40 Diperbarui: 16 September 2021   20:44 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Baiklah. Tutup bukunya dan ikuti saya.” Ujar lelaki berusia tiga puluh tahunan tersebut sambil meninggalkan kelas. 

Lantas aku pun segera membuntuti guru tersebut dan menjadi perhatian anak-anak yang sedang bermain bola tangan. Aku mendengar, aku melihat ... mereka menertawakanku. Mereka semua mengejekku. Tapi, aku tidak berdaya. Dengan rasa sakit dan malu, aku pun hanya berjalan menunduk mengikuti setiap langkahnya. 

Guru tersebut berhenti di sebuah gedung kecil yang tak lain adalah sebuah perpustakaan. Beliau membuka pintu dan menyuruhku masuk ke dalamnya. Meski merasa sakit hati karena harus menerima hukuman dan terkena gunjingan, tetapi aku juga merasa sedikit senang, sebab yang harus kubersihkan bukan WC sekolah yang selalu kotor dan menguarkan bau tajam. Melainkan, sebuah ruang kecil yang diisi ratusan jendela dunia—yang menguarkan wewangian segar. 

“Lihat! Habis semua buku-buku di sini di telan bumi. Seseorang telah lama mencuri buku-buku di sini. Saya prihatin terhadap nasib buku-buku yang dicuri. Mungkin akan berakhir sebagai bungkus cabai, atau sebagai tilam gorengan.” Gerutunya sambil mengecek setiap buku yang masih tersedia di rak kayu. “Nah, sekarang kamu bersihkan semua buku tersebut. Lalu, setelah semuanya selesai, jangan lupa kamu harus membereskannya ke dalam rak.” 

“Baik, Pak.” Dengan sigap aku membuka tiga kardus besar itu dan mengeluarkan buku-buku yang ada di dalamnya. Buku-buku tersebut tampak usang dan penuh debu, jilid-jilidnya juga terlihat lecet dan ada yang sobek—sepertinya mereka semua bekas dan merupakan sumbangan dari seseorang atau kelompok. 

Karena penasaran, aku membuka salah satu buku sebelum aku membersihkannya. Buku tersebut cukup menarik di mataku. Le Petit Prince. Adalah judul dari buku tersebut. 

Jilidnya berwarna putih—dihiasi seorang anak lelaki berambut pirang yang tengah berdiri di atas sebuah lingkaran hitam dan di kelilingi bintang-bintang berwarna kuning. Aku tidak membacanya. Saat itu aku hanya membuka-buka buku tersebut dan melihat gambar yang ada di dalamnya. 

“Anne, sekarang Bapak mau kembali ke lapangan. Sementara kamu lakukan apa yang sudah saya katakan. Mengerti?”

“Mengerti, pak.”

Aku segera menutup buku tersebut dan mengambil lap yang telah tergantung di  sisi rak buku. Aku membersihkan buku-buku tersebut dan menyusunnya acak. 

Sunyi. Begitu yang kurasakan saat berada di ruang itu. Tapi, meski begitu aku merasa nyaman saat berada di sana. Debu-debu menari dalam sinar mentari yang berhasil masuk melalui jendela-jendela kaca. A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun