Mohon tunggu...
Riska Amelia
Riska Amelia Mohon Tunggu... Freelancer - Absurd

Seorang yang suka dengan sastra dan filsafat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pencuri-pencuri Buku

16 September 2021   20:40 Diperbarui: 16 September 2021   20:44 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di tempatnya, Pak Wawan menelan ludah. Ia terheran-heran melihat kedua bocah yang masih duduk di kelas empat berbicara tentang hak-haknya. “Bagaimana bisa kedua bocah itu pandai bicara?” Teriak Pak Wawan di dalam batinnya. 

“Anak kecil tahu apa? Kau pernah mendengar seekor katak yang terjerat di dalam sumur semasa hidupnya? Bagaimana ia mengambil perspektif tentang dunia sesaat di dalam sumur dan setelah keluar dari dalam sumur? Nah, begitulah pandanganmu saat ini. Seperti katak yang masih berada di dalam sumur.”

Anju tersenyum kecil. Begitu pun dengan Zaenab. Mereka sama-sama dibuat geli oleh perkataan pria berjanggut tersebut. 

“Begitu. Baiklah, sekarang apa hukuman untuk kami?” tanya Zaenab, enteng. 

“Ikhlaskah bila kalian saya depak dari sekolah ini?”

Anju dan Zaenab bergeming. Kedua sempat terdiam cukup lama sebelum akhirnya membuka suara.

“Tidak masalah. Tetapi, citra bapak sebagai seorang kepala sekolah mungkin akan tercemar karena telah mendepak dua bocah pencuri yang haus pengetahuan. Tidak. Mungkin citra sekolah ini yang akan tercemar karena tidak memberikan pendidikan yang diharapkan.” 

“Banar. Perpustakaan yang tidak pernah dibuka, lantas apa gunanya ada? Ini seperti sebuah sumur yang tidak pernah di ambil airnya. Bukankah sumur itu tidak berguna sebagaimana mestinya?” tambah Zaenab. 

“Seseorang pernah berkata; tidak. Aku mendengarnya dari kakakku.  Kejahatan di dunia ada dua; satu, berdasarkan nafsu. Dan dua, berdasarkan logika. Menurut Bapak, kejahatan kami termasuk yang mana?”

Pria berjanggut itu terdiam. Wajahnya menjadi datar dan pucat. Sementara, jakunnya terlihat naik dan turun. Tampaknya ia sangat gusar setelah mendapat pernyataan dari Anju  dan Zaenab. 

“Sekarang ini juga, saya nyatakan kalian bukaan merupakan murid sekolah ini lagi. Kalian bisa pindah ke sekolah lain. Saya sendiri yang akan membantu berkas-berkasnya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun