Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandemi dan Hoax di Sekitar Kita

30 Juli 2021   14:40 Diperbarui: 30 Juli 2021   15:20 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, ada seorang sahabat menelpon saya dan mengeluh bahwa orangtuanya (ayah) sepertinya terindikasi Covid-19 karena menunjukkan gejala-gejala ditambah dua hari terakhir beliau tidak bisa merasai apapun. Ibu dan tiga anaknya tak lelah membujuknya agar segera dibawa ke rumah sakit karena kadar oksigen sang ayah kian menurun.

Jika dua hari lalu berkisar 96 sehari setelahnya menjadi 93 dan kemudian menurun menjadi 92. Kadar oksigen ini akan cenderung terus menurun jika tidak teratangi dengan tepat. Tapi sang ayah bersikukuh untuk tidak mau dibawa ke rumah sakit.

Hanya saja setelah hari ke lima menjadi isoman, saturasi sang ayah menyentuh 90 dan akhirnya  88 dan kemudian dia menyerah, membiarkan dirinya masuk ke rumah sakit dan dirawat di sana. Setelah hampir empat minggu dirawat di RS, sang ayah mulai membaik dan dinyatakan sembuh dari Covid-19 dengan varian delta yang mematikan itu.

Setelah beberapa waktu, sang teman berceritta soal ayahnya. Dia mengatakan bahwa ayahnya bersikikih untuk tidak mau dibawa ke rumah sakit karena termakan hoax soal covid di wa grup. Dalam WAG itu beberapa karib ayahnya mengatakan bahwa jika seseorang mengeluh sakit , tinggal saja di rumah dan jangan pernah mau dibawa ke rumah sakit karena rumah sakit akan mengcovidkan orang dan kemudian orang itu meninggal.

Begitu massifnya hoax itu sehingga seseorang akan termakan hoax itu dan mempengaruhi yang membaca. Wag itu adalah kelompok wa sekolah menengah ayahnya ketika di Semarang. Mereka bersepakat bahwa jangan pernah mau dibawa ke rumah sakit, separah apapun penyakit mereka.

Lantas apa yang membuat ayahnya mau dibawa ke rumah sakit ?

"Saat itu seorang cucu ayahnya (keponakan sang teman) yang masih berusia 5 tahun melakukan video call kepada sang ayah. Dalam komunikasi mereka, sang cucu berharap bulan depan dia ingin bertemu sang kakek, karena itu sang kakek harus sembuh," kata teman saya.

Percakapan itu membuat ayahnya menyerah dan mau dibawa ke rumah sakit. Dia idak mengindahkan lagi isi wag,malah ibunya mengeluarkan sang ayah dari daftar wag itu. Akhir kata sang kakek dapat bertemu dengan sang cucu.

Ini adalah salah satu contoh bangaimana hoax  dan provokasi semacam ini mempengaruhi pandangan banyak orang soal pandemi Covid-19, bahkan membawa-bawa agama dan ayat alQuran. Mereka mengamplifikasikan soal ini sampai ke media sosial dan ke kelompok-kelompok eksklusif mereka.

Saya berharap, jangan ada satu pembacapun yang terpengaruh provokasi menyesatkan itu. Karena jelas provokasi itu tidak berdasar sains dan mengkaitkannya dengan agama adalah tindakan yang tidak bijaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun