Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ormas dan Prespektif Positif bagi Bangsa

8 Januari 2021   00:11 Diperbarui: 8 Januari 2021   00:17 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak politik etis diterapkan oleh pemerintah colonial Belanda, dan diantara tiga program unggulannya yaitu irigasi, migrasi (termasuk transmigrasi untuk menangani pertanian atyau perkebunan di beberapa daerah) dan edukasi, maka edukasilah yang mendapat respon positif dari masyarakat nusantara yang saat itu belum terbentuk menjadi negara Indonesia.

Edukasi atau pendidikan sekaligus merupakan pintu bagi para pribumi untuk mengenal dunia yang lebih luas dan tidak sekadar apa yang mereka terima dari penjajah Belanda. Pendidikan terbukti menjadi salah satu pendorong utama bagi kemerdekaan Indonesia.

Melalui Boedi Oetomo, Syarikat Islam, lalu ada Nahdatul Ulama dan beberapa organisasi lainnya menunjukkan bahwa pendidikan dan pengetahuan itu berproses dan menuju ke arah bangsa yang lebih baik dan beradab. Kita tahu Boedi Oetomo dan beberapa organisasi lain menjadi pendobrak utama bagi para pribumi untuk lepas dari penjajahan.

Organisasi kemasyarakatan sampai organisasi politik yang terbentuk itu, umumnya dipimpin oleh pemimpin yang mumpuni dan mampu memberi arah bagi organisasi yang mereka bentuk. Sehingga tak heran mereka bersatu dan dengan berbagai cara kemerdekaan Indonesia dapat kita raih.

Pada masa itu dan puluhan tahun setelahnya, organisasi massa punya visi dan cita-cita mulia bagi bangsa. Mereka berupaya dengan segala cara untuk membawa Indoensia menjadi lebih baik. Banyak hal yang mereka lakukan seperti di bidang kesehatan, pendidikan dan kemajemukan. Itu semua dilandasi dengan semangat kesadaran akan berbangsa dan beratanah air Indonesia yang majemuk dan beragam.

Namun perkembangan organisasi masyarakat (yang selanjutnya saya sebut ormas) yang semula dominan dengan prespektif positif, setelah reformasi agak bergeser dan mengarah ke prespektif negative.

Aspirasi menjadi hal yang bebas untuk diungkapkan. Ini tercermin dari kebebasan pers yang berbeda dengan era sebelumnya yaitu Orde Baru. Sifat represif yang sering ditunjukkan oleh Orba tidak ada lagi dan diganti oleh kebebasan berpendapat dan bebas mengekspresikan ide-ide.

Hanya saja kemudian kebebasan itu kebablasan karena beberapa ormas yang kelewatan dalam memberikan aspirasi dan cenderung menjadi factor pemecah bagi kesatuan bangsa. Hal-hal yang sering mereka lakukan seperti memprovokasi masyarakat untuk menentang apa yang sudah menjadi kebijakan pemerintah. Atau sering terlihat membenturkannya dengan kaidah agama yang sebenarnya tak perlu. Fenomena ini kurang lebih akan membuat kita mundur sebagai bangsa yang dinilai mampu mengelola kemajemukan.

Karena itu, pada titik ini kita bisa merenungkan kembali apa arti ormas bagi kita dan bagi bangsa kita. Apakah ormas yang punya prespektif positif dan punya hal baik untuk membawa bangsa ini lebih maju. Ataukah ormas dengan prespektif negative dan penuh prasangka yang penuh dengan kegiatan meprovokasi masyarakat sehingga kita seakan mundur dari apa yang pernah kita raih sebagai bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun