Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Smart People, Smart Gadget"

3 Mei 2019   11:25 Diperbarui: 3 Mei 2019   11:40 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman kian serba canggih. Apapun yang dilakukan manusia saat ini selalu berhubungan dengan teknologi. Jika tak mengikutinya, maka sudah barang tentu akan terlewatkan sejumlah peluang emas yang berharga. Saking cepatnya teknologi berkembang, kerap manusia lah yang justru tertinggal jauh. Padahal yang menciptakan semua teknologi itu adalah manusia sendiri. Ini tentu fenomena yang aneh.

Namun hal ini bukan lagi mengherankan. Teknologi yang berada di tangan manusia justru kadang menjadi asing oleh manusia itu sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah tak mampu lagi mengikutinya sehingga ada istilah gagap teknologi. 

Persoalan ini tidak saja berdampak pada ketimpangan gaya hidup tetapi juga berpengaruh pada kemampuan daya pikir dan rasa manusia yang makin rendah.

Bila ini tak disadari oleh manusia pengguna teknologi itu sendiri, maka akan timbul situasi yang dinamakan manusia menjadi 'budak' dari teknologi. Dengan kata lain, teknologi menjadi 'tuan' untuk manusia. 

Kehidupan manusia lah yang disetir oleh teknologi bukan lagi sebaliknya: teknologi membantu atau mempermudah kehidupan manusia. Bukankah ini posisi yang terbalik? Namun kondisi ini bukan lagi cerita, dalam kenyataan itu terjadi nyata. 

Contoh kecil adalah hubungan emosional antara orang tua dan anak yang makin terkikis karena gawai (gadget) telah menggantikan fungsi pengasuhan yang kian jarang dilakukan secara langsung. Orang tua merasa gawai yang berisi permainan (game) aneka rupa bagi anak telah memenuhi kebutuhan anak akan rileksasi dan rekreasi. 

Padahal semestinya orang tua harus menyempatkan diri untuk mengajak anak-anak mereka melakukan aktivitas bersama yang melibatkan banyak sisi baik rohani dan jasmani.

Tetapi apa yang terjadi? Orang tua tak sadar bahwa apa yang mereka anggap sebagai penunaian tanggung jawab memberikan sarana dan prasarana untuk anak memperoleh informasi dan pengalaman dari gawai, justru telah menciptakan jarak dengan anak-anaknya sendiri. 

Masih ingat kah Anda awal April 2019 di Kota Kediri tentang kurangnya kontrol orang tua pada anak 12 tahun yang bermain game daring hingga membuat tagihan melonjak hingga Rp 11 juta?

Mungkin hal itu dianggap sebagai hal yang biasa saja bahwa hal itu seolah kesalahan kecil dari keluarga tersebut saja yang kurang memperhatikan anak. Tetapi sebenarnya, kejadian itu dan yang lainnya itu menunjukkan bahwa saat ini secara umum di masyarakat, smart gadget ternyata tidak dibarengi dengan smart people. Gap antara perkembangan teknologi dengan perkembangan pola pikir manusianya sebagai pengguna teknologi itu sangat besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun