Kata toleransi memang tak asing bagi kita. Sedari kecil, kita dididik untuk mengedepankan toleransi. Tidak hanya di dalam keluarga, di lingkungan sekolah pun juga dianjurkan untuk menjunjung tinggi nilai toleransi. Toleransi merupakan sikap saling menghormati dan menghargai antar sesama dalam sebuah lingkungan masyarakat. Dan dalam nilai toleransi, tidak ada ujaran kebencian, tidak ada persekusi dan diskriminasi. Juga tidak ada kelompok mayoritas minoritas, tidak ada kelompok yang paling benar atau yang lainnya. Semuanya memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Menerapkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari, selalu dianjurkan oleh siapapun. Bahkan, dalam ajaran semua agama di Indonesia pun, juga mengedepankan nilai-nilai toleransi.
Dalam sila Pancasila pun, juga tertuang nilai-nilai toleransi. Kenapa menjaga toleransi ini penting? Karena Indonesia merupakan negara dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi. Indonesia mempunyai banyak suku, agama, bahasa dan adat istiadat yang berbeda. Dan karena keragaman itulah, diperlukan toleransi agar kita tidak merasa paling benar sendiri. Agar kita bisa saling menghargai dan menghormati antar sesama.
Dalam era milenial seperti sekarang ini, seringkali diantara kita saling bertikai hanya karena berbeda pandangan, berbeda keyakinan, bahkan berbeda pilihan politik.
Perbedaan bisa menjadi hal yang mengerikan di era merebaknya provokasi dan ujaran kebencian. Padahal, perbedaan semestinya menjadi hal yang lumrah bagi kita. Karena diantara kita pada dasarnya berbeda satu dengan lainnya. Jika saat ini ada sebagian orang yang mempersoalkan perbedaan, tentu perlu dipertanyakan. Bukankah Tuhan menciptakan manusia dan seluruh makhluk di muka bumi ini saling berbeda?
Ironisnya, pihak-pihak yang selalu mempersoalkan perbedaan dan keragaman itu adalah orang-orang yang mengatasnamakan dirinya kelompok yang mengenal agama.
Kelompok yang sering disebut sebagai kelompok radikal ini, justru seringkali menebarkan pesan kebencian, bibit intoleransi, bahkan tak jarang melakukan provokasi untuk melakukan persekusi dan intimidasi kelompok lain.
Semuanya itu disebarkan melalui media sosial di dunia maya. Provokasi di dunia maya terbukti telah mampu mempengaruhi perilaku manusia di dunia nyata.
Dan yang lebih menyedihkan lagi, penyebaran ujaran kebencian dan provokasi, terus mengalami peningkatan ketika kita semua akan memasuki pemilihan presiden dan wakil presiden. Kenapa setiap tahun pemilu, selalu diwarnai perilaku saling menghujat, saling mencaci, saling menjelekkan pasangan calon, dan dalam kondisi yang ekstrim bisa menyebarkan black campaign.
Lihat saja informasi yang berkembang di dunia maya saat ini. Lihat saja postingan para pendukung fanatik pasangan calon, seringkali diwarnai dengan pesan kebencian. Kebohongan bisa menjadi kebenaran jika diyakini oleh banyak orang. Padahal, informasi yang beredar bukanlah informasi yang benar alias hoax.
Mari kita introspeksi diri. Mulailah untuk berhenti menyebarkan pesan kebencian. Mulailah untuk menyebarkan pesan kedamaian. Sebarkanlah nilai-nilai toleransi yang memang merupakan karakter kita sebagai masyarakat Indonesia.