Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Perilaku Kita Sudah Menggambarkan Masyarakat Indonesia?

8 Agustus 2018   07:29 Diperbarui: 8 Agustus 2018   07:48 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bhinneka Tunggal Ika - kamuspkn.upi.edu

Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah kepada siapa saja. Sopan santun masyarakatnya juga dikenal hingga ke penjuru negeri. Karena keramahan ini pula, konon katanya menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk datang ke Indonesia. 

Namun, seiring perkembanga zaman, keramahan itu pelan-pelan mulai terkikis. Bibit kebencian, intoleransi dan radikalisme terus menyebar ke seluruh penjuru negeri. 

Di sisi lain, kita semua lahir dan besar di Indonesia. Entah karena lupa atau apa, perilaku yang menjadi karakter Indonesia tidak terlihat dalam sebagian perilaku masyarakat saat ini.

Banyak kekhawatiran mengatakan ujaran kebencian terus meningkat di tahun politik. Kekhawatiran itu memang terbukti. Dalam pilkada serentak beberapa bulan lalu, kebencian itu begitu nyata terlihat. 

Dalam pilpres dan pileg pada 2019 mendatang, hal yang sama diperkirakan akan kembali terjadi. Saling menjatuhkan antara pihak-pihak yang bertarung sudah mulai terlihat. 

Dunia maya mulai ramai mencari kejelekan orang lain. Dunia maya juga mulai ramai ajakan untuk tidak memilih si A atau si B. Ironisnya, ajakan tersebut dibumbui sentimen SARA. Lalu, kenapa harus menebarkan kebencian untuk mendapatkan simpati publik?

Dalam budaya Indonesia, tidak mengenal tradisi saling membenci, saling menghujat, ataupun saling menjatuhkan. Yang ada justru sebaliknya. Saling membantu, saling menghormati dan menghargai. Tak di pungkiri, media sosial terkadang telah menjadi media penghakiman. 

Jika sudah menemukan kejelekan atau kesalahan, akan terus 'digoreng' dan disebarluaskan agar menjadi viral. Kondisi ini diperparah tingkat literasi masyarakat kita yang masih rendah. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang menjadi korban, akibat informasi yang salah tersebut.

Jika antar sesama warga Indonesia saling menjatuhkan di dunia maya, bagaimana dengan nasib negeri ini kedepan? Jika ketegangan di dunia maya itu dibawa ke dunia nyata, bagaimana dengan nasib toleransi dan kerukunan antar umat beragama? Mari kita merenungkan sejenak, apakah perilaku kita sudah menggambarkan sebagai masyarakat Indonesia? Jika belum, saatnya untuk berubah. Mari kita kembalikan tradisi nenek moyang yang sudah mulai hilang ini. Mari kita tetap lestarikan perilaku Indonesia di dunia maya.

Jangan hilangkan perilaku bijak yang telah diwariskan nenek moyang kita. Juga jangan tinggalkan perilaku baik yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. 

Jika kita mengklaim Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, semestinya perilaku bijak seperti yang dianjurkan dalam Al Quran banyak terjadi di masyarakat, baik itu di dunia maya ataupun dunia nyata. Cuma terkadang banyak sekali oknum yang sengaja menebarkan provokasi, agar persatuan dan kesatuan yang terjaga ini tercerai berai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun