Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Indonesia Butuh Generasi Cinta Damai

26 November 2017   16:08 Diperbarui: 26 November 2017   16:22 4087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta Damai - http://curahanungkapanperasaan.blogspot.co.id

Indonesia mempunyai keanekaragaman suku dan budaya, yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Keberagaman ini telah masuk dalam setiap lini kehidupan masyarakat Indonesia. Tentu saja, tidak perlu lagi dipersoalkan, kenapa si A beragama Islam, kenapa si B beragama Kristen atau ang lainnya. Tidak perlu lagi dipersoalkan kenapa si C berjenggot, kenapa yang lainnya tidak. Apa yang melekat pada tubuh manusia, merupakan anugerah dan pilihan dari manusia itu sendiri. Ketika seorang Papua yang umumnya beragama Kristen, tapi memilih menjadi muslim itu merupakan pilihan. Begitu juga seorang Ambon yang memilih menjadi Nasrani. Dan negara, menjamin serta memberi kebebasan penuh bagi seluruh masyarakatnya, untuk memeluk agama sesuai keyakinannya masing-masing.

Pada Mei 2017 lalu, sejumlah tokoh lintas agama berkumpul di kampus UGM, Yogyakarta. Mereka diantaranya adalah Syafii Maarif, Sinta Nuriyah Wahid, Gomar Gultom, M. Sobary, KH Mustofa Bisri, Quraish Shihab, dan masih banyak lagi tokoh lintas agama lainnya. Mereka semua menyerukan agar seluruh elemen masyarakat menjaga perdamaian untuk Indonesia. Semua pihak, dari elemen masyarakat hingga presiden, harus menjaga persatuan dalam keberagaman, serta meletakkan Pancasila sebagia kepribadian bangsa. Semua pihak, khususnya pemerintah, diharapkan bisa bersikap tegas dan arif, terhadap segala situasi yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan.

Tidak hanya masyarakat, pemerintah juga mempunyai peranan penting dalam menjaga perdamaian. Pemerintah agar memiliki sikap yang sama, dalam menghadapi dan menyelesaikan segala tantangan yang ada. Tak dipungkiri, keberagaman di Indonesia ini, terkadang bisa memicu terjadinya konflik. Kelompok separatis masih saja ada. Kelompok radikal terus bermunculan. Semuanya itu berpotensi mengganggu persatuan dan kesatuan negeri ini. Karena itulah, pemerintah harus memiliki bahasa dan sikap yang sama, dalam menghadapi kelompok ini agar tidak terus menjalar.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah, menjaga lembaga pendidikan agar tetap netral, tidak disusupi bibit intoleransi dan radikal. Karena lembaga pendidikan merupakan tempat untuk mencetak generasi yang toleran, inovatif, kreatif dan tetap berwawasan kebengsaan. Untuk itulah, penguatan pendidikan karakter, pendidikan politik dan sejarah kebangsaan, mutlah dilakukan. Saat ini banyak politisi dan tokoh justru memberikan contoh yang keliru. Di depan publik, mereka begitu mudah mengeluarkan pernyataan penuh hujatan. Kritik oto kritik merupakan hal yang lumrah. Tapi jika kritik tersebut berisi sentimen kebencian dan provokasi, tentu hal itu tidak bisa dibenarkan.

Semua pihak perlu menyuarakan dan membangun persatuan. Semua pihak harus aktif membangun persaudaraan, dengan tetap menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Mengamalkan nilai Pancasila, harus dilakukan oleh semua orang. Karena Indonesia saat ini terus diserang oleh bibit kebencian dan intoleransi. Bibit ini tidak hanya akan melahirkan perilaku intoleran, tapi juga bisa berubah menjadi perilaku teror. Sebentara lagi, akan memasuki tahun politik. 2018 sejumlah daerah akan menggelar pilkada. 

Tahun 2019, Indonesia akan kembali memilih presiden dan wakil presiden. Jangan sampai, tahun politik ini akan disusupi sentimen SARA, yang berpotensi memecah belah persatuan negeri. Mari kita saling mengingatkan dan menjaga, agar setiap pribadi yang ada di negeri ini, tidak menjadi pribadi penyebar kebencian. Karena negeri ini tidak butuh generasi penyebar kebencian, tapi negeri ini butuh generasi penyebar kedamaian.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun