Mohon tunggu...
riska nuraini
riska nuraini Mohon Tunggu... Ahli Gizi - suka menolong orang

seorang yang senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saling Berkurban Saling Meringankan

29 Agustus 2017   22:26 Diperbarui: 30 Agustus 2017   01:02 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membagi Daging Kurban - http://makassar.tribunnews.com

Hari raya kurban sudah didepan mata. Hari raya ini ditandai dengan penyembelihan binatang kurban. Di Indonesia, binatang yang dikurbankan umumnya berupa kambing atau sapi. Dalam ajaran agama Islam, berkurban dianjukan bagi yang mampu. Dan jika kita bisa menunaikannya, maka secara tidak langsung kita sudah ikut berbagi rezeki, berbagi kesenangan, dan berbagi apa yang kita punya kepada masyarakat. Bayangkan, mayoritas penduduk Indonesia beragama muslim. JIka 50 persennya saja yang ikut berkurban di hari raya kurban, berapa banyak daging yang bisa dibagikan. Berapa banyak masyarakat miskin yang bisa merasakan daging. Solidaritas terbentuk untuk saling tolong menolong.

Semangat berkurban ini tentu merupakan hal yang positif, yang harus dipertahankan dalam setiap tindakan. Semangat ini juga perlu disosialisasikan kepada generasi penerus, agar generasi berikutnya menjadi generasi yang tidak pelit, generasi yang gemar berbagi, dan generasi yang suka tolong menolong. Melalui aktifitas berkurban, kita juga ikut meringankan beban sebagian masyarakat. Mereka yang kesulitan memakan daging, pada hari itu akan bisa memakan daging.

Jika kita bisa menerapkan semangat berkurban ini setiap harinya, tentu menjadi gerakan sosial yang sangat baik. Jika selama ini egoisme masih ada pada sebagian masyarakat, melalui semangat berkurban, sifat negatif itu pelan-pelan bisa dikikis. Karena egoisme terbukti telah membuat mereka merasa benar, dan tidak mau mendengar pendapat orang lain. 

Karena egoisme, bisa memicu terjadinya konflik di tataran masyarakat, hanya karena perbedaan pandangan. Dampak dari sikap yang egois ini, juga memudahkan masuknya paham radikal yang selalu menggunakan kekerasan. Apalagi paham kekerasan itu disusupkan dengan menggunakan nilai-nilai agama. Akibatnya, banyak orang salah dalam memahami agama, dan terprovokasi oleh radikalisme dan terorisme.

Kalau kita lihat yang terjadi di masyarakat, paham radikalisme bisa mudah menyusup jika masyarakatnya saling tidak peduli dengan yang lain. Radikalisme dan terorisme akan mudah masuk, jika masyarakatnya mengedepankan kebencian dibanding kebersamaan. Karena kebencian inilah yang kemudian melahirkan tindakan radikal dan intoleran. Tindakan-tindakan negatif inilah yang kemudian bisa mendekatkan pada aksi terorisme. Dan kalau kita dan sekeliling kita terus bersikap acuh dan tidak peduli, maka orang luar akan mudah masuk dan menyebarkan paham kekerasan tersebut.

Belajar dari hal diatas, mari kita tingkatkan kepedulian antar sesama. Mari kita tingkatkan rasa saling tolong menolong. Dengan menerapkan hal tersebut, maka akan terbangun solidaritas di tengah masyarakat. Dan solidaritas inilah yang kemudian bisa berdampak pada upaya saling meringankan beban. Yang kaya membantu yang miskin. Yang miskin mendoakan yang kaya. Yang pandai membantu yang belum pandai, dan mungkin yang lainnya.

Sekali lagi, mari kita tinggalkan ego pribadi dan kelompok. Mari kita tanamkan semangat saling berbagi. Dan semangat itu bisa kita dapatkan dari tradisi berkurban pada saat hari raya Idul Adha mendatang. Jika kita selama merasa berkecukupan, mari berlomba untuk saling meringankan beban saudara atau tetangga kita. Dengan saling meringankan beban, akan membuat kerukunan antar umat di negeri ini tetap terjaga.

 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun