Mohon tunggu...
Risda Putri Indriani
Risda Putri Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hai! Panggil saya Risda !
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Biologi - Pendidikan - Islam Mahasiswa Pendidikan Biologi-UNJ

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Serba-serbi 2 Tahun Perjalanan Pandemi COVID-19 di Indonesia

15 Maret 2022   06:00 Diperbarui: 15 Maret 2022   06:06 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

COVID-19 disebabkan oleh Virus SARS-COV19 yang menyerang paru-paru manusia. COVID-19 pertama kali terdeteksi di Pasar Basah Wuhan, China akhir tahun 2019. 

Penyakit ini dipercaya adalah virus yang biasanya terdapat pada hewan dan bermutasi hingga dapat masuk ke tubuh manusia. Kondisi China pada saat itu, seperti film zombie. Virus ini mudah menular melalui udara dan mematikan. Karena terlalu menular, rumah sakit di Wuhan pun menjadi penuh. 

Banyak pasien tergeletak di lorong-lorong rumah sakit saking penuhnya kamar rumah sakit. Tidak hanya itu, pasien pun tergeletak di luar rumah sakit. Sehingga kota Wuhan dan sekitarnya harus tutup (lockdown) dari keluar masuk manusia ke daerah sana. Keparahan Wuhan membuat negara lain pun bersiap. Bahkan negara lain memulangkan paksa warganya agar selamat dari virus ini. 

Desas desus asal mula COVID-19 sebenarnya ada beberapa teori lainnya, seperti virus ini dibuat di laboratorium Wuhan yang memiliki kebocoran, atau virus ini dibuat oleh negara barat yang selama ini menjadi saingan perdagangan bagi China.

Negara lain bersiap menghadapi virus ini, namun enggan untuk menutup akses hilir-mudik pesawat dengan pertimbangan devisa negara. Akibatnya, penyebaran COVID-19 di dunia semakin mudah. 

Banyak negara yang mulai kerepotan akibat tingginya kasus di negaranya. Upaya yang dilakukan pun sama seperti China, yaitu lockdown, menutup akses keluar masuk suatu daerah. Saat wilayah Asia dan Australia sudah memperketat mobilitas warganya, di Indonesia masih berpikir positif bahwa Indonesia spesial kebal terhadap COVID-19. Bahkan kementerian kesehatan pada saat itu mengatakan

"Rakyat Indonesia kebal karena makan nasi kucing"

Entah apa yang dipikirkan pemerintah saat itu mengatakan sesuatu yang kurang bijak seperti itu. Walaupun sebenarnya pemerintah hanya berusaha agar rakyat Indonesia tidak dalam kondisi panik. Dari beberapa wawancara dari dokter di Indonesia, sebenarnya Indonesia sejak Januari-Februari 2020 sudah banyak kasus pneumonia. Namun Indonesia masih berpikir positif saja saat itu. Hingga 3 Maret 2020 tercetuslah kasus pertama penderita COVID-19 di daerah Depok, Indonesia.

Anies Baswedan, Pemerintah Provinsi Jakarta pada saat itu menyadari bahaya dari COVID-19. Beliau meminta untuk diadakan lockdown terbatas untuk daerah ibukota. Namun, hal tersebut ditentang oleh pemerintah pusat karena belum ada kajian di pemerintah pusat. Lamanya pemerintah pusat mengambil keputusan, akhirnya COVID-19 menyebar massif di Indonesia dalam waktu beberapa bulan saja.

Indonesia pun terdesak atas penuhnya kamar rumah sakit. Bagaimana tidak, 1 pasien COVID-19 harus di isolasi di ruangan khusus. Hanya dokter dan perawat yang berpakaian astronot (APD lengkap) yang boleh masuk ke ruangan berpasien COVID-19. Dokter dan perawat pun satu persatu tumbang menghadapi banyaknya pasien COVID-19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun