Mohon tunggu...
Risda Putri Indriani
Risda Putri Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hai! Panggil saya Risda !
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Biologi - Pendidikan - Islam Mahasiswa Pendidikan Biologi-UNJ

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wasiat Raja di Masjid Agung Sumenep, Madura

22 Januari 2022   06:00 Diperbarui: 22 Januari 2022   06:56 1560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Utama / Dok. Pribadi

Madura memiliki masyarakat dengan keislamannya yang kuat. Banyak masjid yang dibangun dan menjadi ikon bagi kota tersebut, salah satunya adalah Masjid Agung Kota Sumenep

Masjid Agung bisa disebut juga Masjid Jami’, letaknya tidak jauh dari alun-alun kota Sumenep. Kemegahan masjid ini terlihat dari warnanya yang berwarna kuning terang bagaikan emas.

Kaligrafi / Dok. Pribadi
Kaligrafi / Dok. Pribadi
Masjid ini dibangun oleh Keraton Madura Pangeran Natakusuma I. Masjid ini sangat luas dan memiliki banyak tiang penyangga seperti khas masjid di Jawa pada umumnya. Corak arsitekturnya bergaya Arab, Tiongkok, Jawa dan Madura disertai banyak kaligrafi yang menghiasi dindingnya.

            Ada pesan yang disampaikan melalui wasiat yang terukir di bagian depan masjid. Wasiat pertama: 

“Yang membangun masjid ini adalah Pangeran Natakusuma di Negara Sumenep, dan Masjid ini selesai di bulan Ramadhan Tahun ZI dan dijadikan wakaf di Jalan Allah (Sabillah) di dalam memulai pekerjaan kebajikan untuk shalat yang bertujuan taat kepada Allah. Ini tahun Tarikh waktu selesainya masjid tahun 1206 H Nabi SAW.”

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Wasiat kedua berbunyi “Masjid ini adalah Baitullah, bersabda Pangeran Natakusuma, Penguasa Wilayah Sumenep, sesungguhnya wasiatku kepada wali/raja/penguasa-penguasa dan kepada orang yang mau menegakkan kebajikan, jika terdapat pada masjid ini sesudahku pencemaran, maka luruskanlah, karena sesungguhnya masjid ini wakaf, tidak diwariskan, jangan dijual dan jangan dirusak”.

Wasiat tersebut menggambarkan betapa kentalnya keislaman di Sumenep Madura ini. Pangeran pun berwasiat untuk rakyatnya untuk tetap berada di jalan Allah dan menunaikan kebajikan dengan menunaikan sholat. 

Masjid tersebut tidak diwariskan, tetapi pemberian pangeran kepada rakyatnya. Masjid sebagai simbol kebanggan keislaman di wilayah Madura haruslah dijaga, tidak boleh dirusak apalagi dijual.

Bagian dalam masjid/Dok. Pribadi
Bagian dalam masjid/Dok. Pribadi

Ada perasaan berbeda saat memasuki masjid ini, tempat sholat, tempat wudhu dan kamar mandi pun dijaga dengan bersih. Pengunjung diperbolehkan sholat dibagian teras masjid. 

Adapun jika ingin masuk ke bagian Gedung utama, maka ada etika yang harus dijaga. Seperti harus berpakain tertutup, tidak boleh berisik, dan jangan mengganggu orang lain. Pada sejatinya, masjid berfungsi untuk berdoa. 

Jadi luruskan niatmu dan sampaikan keinginanmu pada saat berkunjung di masjid. Dibelakang masjid terdapat pasar yang juga menjual peralatan khas madura, seperti clurit, pisau, dll.

"Mengunjungi masjid ini seperti mengisi kembali giroh keislaman pada diri sendiri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun