Mohon tunggu...
Risda Putri Indriani
Risda Putri Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hai! Panggil saya Risda !
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Biologi - Pendidikan - Islam Mahasiswa Pendidikan Biologi-UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengungkap "Toilet" di Sarang Semut: Perilaku Sanitasi Semut

22 April 2021   02:30 Diperbarui: 23 April 2021   16:07 6634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semut sebagai hewan yang berkoloni dan hidup di ruang yang terbatas. Semut ternyata hewan yang sangat memperhatikan kebersihan di sarangnya. Semut bahkan sudah memberikan ruangan khusus untuk membuang kotorannya sendiri. Hal ini diperlukan untuk menghindari agar sarang tidak kotor dan terhindar dari penyakit yang berbahaya. Tomer Czackes, seorang peneliti Biologi Jerman meneliti tentang pola buang kotoran yang dilakukan oleh semut. 

Penelitian ini dimulai dari Czaczkes yang menaburkan larutan sukrosa di sekitar sarang semut Lasius Niger. Larutan sukrosa merupakan gula disakarida yang mempunyai rasa manis. Larutan sukrosa ini kemudian akan dimakan oleh semut Lasius Niger. Larutan tersebut sebelumnya sudah diberi warna merah dan biru untuk mempermudah mendeteksi tempat pembuangan kotoran di dalam sarang semut.

Sampel L. Sukrosa / journals.plos.org
Sampel L. Sukrosa / journals.plos.org

Dua bulan kemudian ditemukan bercak-bercak berwarna cerah muncul didalam sarang. Menandakan bahwa semut melakukan buang air besar dilokasi tertentu didalam sarang. Letak buang air semut ternyata tidak acak, sebagian besar ditemukan di sudut sebuah lubang di sarang semut. Letak toilet yang berada di dalam sarang memudahkan semut melakukan perjalanan menuju tempat pembuangan feses dan menghindari adanya predator. 

Meskipun biasanya diasumsikan bahwa feses itu berbahaya, namun rayap juga membangun sebagian atau seluruhnya sarang mereka dengan menggunakan feses mereka sendiri. 

Semut Oecophylla longinoda atau semut afrika menandai jalan pulang dan mencari jalan dengan tanda feses mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kotoran tidak selalu menjadi sumber bahan menular, tidak selalu dihindari dan memang mungkin bermanfaat. 

Toilet yang dibentuk oleh Lasius niger ternyata memiliki peran yang menguntungkan. Misalnya, feses mereka bisa sebagai sumber garam atau zat gizi mikro. Tumpukan feses didalam sarang bisa digunakan sebagai pupuk untuk menumbuhkan jamur. Jamur ini dapat membantu dalam menguraikan kayu dan daun, sehingga memudahkan untuk dicerna oleh semut dan rayap.

Semut membuat toilet di dalam sarang karena menghindari berjalan keluar sarang untuk ke tempat pembuangan. Sehingga dapat terhindar dari ancaman predator. Selain itu, semut muda yang belum aktif tidak akan mau untuk keluar sarang. Maka, semut Lasius niger membuat lokasi toilet didalam sarang mereka.

Ilustrasi Sarang Semut
Ilustrasi Sarang Semut
Namun, tidak semua limbah dibuang ke toilet di sarang tadi. Semut akan membawa dan membuang limbah sisa makanan, puing-puing sarang, dll. keluar dari sarang.  Limbah tersebut dibuang keluar sarang karena dianggap menimbulkan ancaman kesehatan bagi koloni - koloni semut. 

Begitulah, peran keberadaan toilet / tempat pembuangan disuatu tempat, bahkan di dalam sarang semut sekalipun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun