menjalankan bisnis dengan perspektif risiko dan potensi keuntungan yang selalu harus dipertimbangkan
dalam setiap Keputusan yang mereka ambil. Franchisee yang memiliki entrepreneurship tinggi akan
lebih mampu mengambil keputusan dan tindakan-tindakan yang mendukung keberhasilan bisnis
Sebaliknya apabila pola pikir franchisee adalah investor, maka akan cepat panik apabila bisnis
menghadapi masalah, apalagi bila tidak segera memberikan keunguntan,
3. Business Knowledge
Seorang franchisee juga dituntut memiliki pengetahuan bisnis yang baik terkait bidang industri maupun prinsip-prinsip umum bagaimana sebuah bisnis dijalankan. Akan sulit seorang yang tidak punya wawasan bisnis menjalankan franchise, terutama untuk bisnis yang besar dan kompleks di mana ada banyak diferensiasi fungsi dalam organisasi bisnis tersebut
Memang secara teknis franchise dilengkapi dengan Standard Operating Procedure (SOP), namun bisnis bukanlah sebuah rangkaian kegiatan teknis prosedural. Ada banyak faktor yang harus diperhitungkan agar SOP dapat dijalankan secara konsisten dan pada akhirnya tujuan bisnis dapat dicapai Franchisee yang tidak memiliki wawasan bisnis yang cukup akan menemui kesulitan apabila menghadapi masalah-masalah bisnis yang merupakan tarik menarik atau constraint antara budget, poeple, market, serta process.
4. Local knowledge
Perjalanan sebuah usaha tidak dapat dilepaskan dari lingkungan geografis di mana bisnis tersebut beroperasi. Franchisee menjalankan outlet bisnis di sebuah lokasi tempat. Oleh karena itu franchisee juga harus mengetahui peta permasalahan di lokasinya. Franchisee yang memahami lokasi akan mudah dalam menanggapi hal-hal terkait: budaya, akses terhadap sumber daya, serta peta pasar potensial yang menjadi wilayah operasinya.