Mohon tunggu...
Riri Satria
Riri Satria Mohon Tunggu... profesional -

Meminati topik manajemen strategis, ekonomi digital dan kreatif, serta teknologi informasi | penyuka puisi dan sastra pada umumnya | Admin pada komunitas Dapur Sastra Jakarta | Founder and CEO pada Value Alignment Group, sebuah lembaga konsultan dan riset bidang manajemen dan organisasi | Dosen Program Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia dan Magister Manajemen PPM | sedang menempuh pendidikan Doctor of Business Administration (DBA) pada Paris School of Business di Paris, Perancis | lahir di Padang - Sumatera Barat tanggal 14 Mei 1970

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hijrah

10 Juli 2017   02:04 Diperbarui: 12 Juli 2017   22:04 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : karya fotografi sendiri (Riri Satria)

Ada suatu pepatah dari luar sana yang saya sukai, yaitu "if everything seems so easy, then you are stepping downhill". Pesan yang ingin disampaikan adalah "hati-hatilah dengan kenyamanan, kesenangan, dan kemudahan, jangan-jangan itu adalah jebakan dalam kehidupan kita".

Agak ironis memang, bukankah kita bekerja keras dalam kehidupan untuk mencari kenyamanan, kesenangan, dan kemudahan? Bisa jadi! tetapi mungkin maksudnya adalah kita harus selalu mawas diri dalam kehidupan walau dalam kondisi yang nyaman, senang, dan mudah sekalipun.

Ada istilah yang sangat populer dalam kehidupan, yaitu zona nyaman atau comfort zone. Zona ini adalah suatu kondisi di mana seseorang sudah masuk ke dalam situasi segala sesuatunya terasa nyaman, senang, dan mudah.

Studi menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang tidak mawas diri akan terjenak dalam zona nyaman ini. Ya, zona nyaman ini adalah jebakan. Suatu jebakan di mana akhirnya kita berhenti untuk berpikir, berhenti untuk berusaha, berhenti untuk mengembangan diri, dan yang paling gawat adalah berhenti untuk bersyukur.

Akibatnya secara perlahan kita mengalami penurunan kompetensi, penurunan daya juang, penurunan berpikir, dan akhirnya tumbang atau jatuh. Sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa tumbang atau jatuh karena terjebak dalam zona nyaman ini sungguh menyakitkan.

Syukurlah bagi yang segera sadar dan bangkit. Tetapi celakanya, banyak yang tidak segera sadar, dan akhirnya sibuk menyalahkan pihak-pihak lain tanpa ada upaya untuk mengintrospeksi diri.

Salah satu hikmah yang saya selalu renungkan setiap tahun baru 1 Muharram adalah makna kata-kata "hijrah". Apa yang saya pahami tentang hijrah ini? Makna hijrah menurut saya adalah berubah, yaitu berubah ke arah yang lebih baik, dan jangan sampai terjebak dalam zona nyaman.

Janganlah menolak perubahan (tentu saja perubahan ke arah positif). Pikiran dan paradigma harus terbuka terhadap perubahan. Bagaimana kita selalu membuat diri kita menjadi lebih baik dan bermanfaat untuk orang lain serta kehidupan.

Sebagai soerang dosen, saya selalu berpesan kepada para mahasiswa yang sudah lulus, janganlah terjebak di zona nyaman. Kelulusan dari kampus bukanlah akhir untuk belajar. Hidup itu adalah belajar sampai akhir hayat.

"Belajarlah menggali ilmu sampai akhir hayat" mengandung makna bahwa kita tidak boleh terjebak dalam zona nyaman dan harus tetap belajar. Belajar dari pengalaman hidup, pengalaman orang lain, dan dari mana saja, supaya bisa diterapkan atau diamalkan.

Ilmu itu ada karena dipikirkan. Dia menjadi abadi karena dituliskan. Semakin diketahui karena disebarkan. Menjadi berkembang karena didiskusikan. Menjadi bermanfaat karena diamalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun