Mohon tunggu...
Nurmarinda Dewi Hartono
Nurmarinda Dewi Hartono Mohon Tunggu... Freelancer - Ririn Marinda

Pendiam di dunia nyata, Menghanyutkan dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengabdi untuk Pendidikan di Dusun Klerek

22 Januari 2022   22:48 Diperbarui: 30 Januari 2022   00:32 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu lagi pengalaman berharga yang tercatat dalam buku kehidupan saya, yaitu mengikuti kegiatan KKM-DR (Kuliah Kerja Mahasiswa-Dari Rumah). Jika dahulu saya hanya mendengar istilah dan kisah-kisah tentang mahasiswa yang KKN saat mendekati semester akhir. Kini, saya ternyata sudah sampai pada tahap itu dan
menjadi tokohnya. Dalam tulisan ini saya ingin menorehkan pengalaman berkesan
itu agar abadi dan selalu terkenang sampai kapanpun.

Sebelum memulai cerita ini, biarlah saya perkenalkan latar belakang diri terlebih dahulu. Saya adalah mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang semester 6 dari Jurusan PIAUD (Pendidikan Islam Anak Usia Dini), Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Saya berasal dari Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Seperti kebanyakan mahasiswa perantau lainnya, semenjak pandemi datang saya menetap di kampung halaman dan mengikuti perkuliahan secara online. Hingga tibalah kabar-kabar hangat tentang KKM di akhir semester 5, dan membuat saya mulai merasa khawatir. KKM-DR tidak mengharuskan mahasiswa untuk berada di Malang, tetapi bisa memilih lokasi di daerah sekitar rumah masing-masing mengingat masa pandemi yang belum usai. Namun,, saya tidak mempunyai teman satu kampung yang sama-sama kuliah di UIN. Selanjutnya, jika saya melaksanakan KKM sendiri rasanya kurang optimal.


Dengan keadaan tersebut, saya memutuskan untuk berangkat ke Malang dengan pertimbangan agar lebih mudah menemukan teman kelompok dan lokasi pelaksanaan KKM. Keputusan itupun direstui oleh kedua orang tua. Hingga beberapa
waktu mencari anggota kelompok yang bersedia bergabung, akhirnya terbentuklah kelompok kerja yang terdiri dari 12 orang perempuan hebat. 6 orang berasal dari jurusan Pendidikan Bahasa Arab, 2 orang berasal dari jurusan Fisika, dan 4 orang lainnya berasal dari jurusan PIAUD, termasuk saya. Kami juga berasal dari daerah
yang berbeda-beda, ada yang dari Jakarta,Tangerang, Cirebon, Lumajang, Pati,
Demak, Bawean, Lampung, Probolinggo, Malang, dan Batu.


Singkat kata, dinamailah pokja ini 3G (Geulis,Gesit,Genah). Geulis (cantik dalam bahasa Sunda), sebagai simbol bahwa kami semua adalah perempuan. Gesit, yang berarti walaupun kelompok ini berisi para perempuan, tetapi dalam bekerja kami selalu tangguh dan sigap. Genah, yang artinya kami memiliki semangat dan
komitmen yang benar untuk mengabdi sampai akhir. Nama itu tercetus secara spontan, tetapi rupanya memiliki makna yang sesuai dengan kelompok kami.

Saya pun meyakini bahwa kelompok ini terbentuk bukanlah karena kebetulan, melainkan sudah menjadi catatan takdir dari Yang Maha Kuasa. Begitu juga dengan lokasi yang kami jadikan sebagai tempat pengabdian ini, yaitu di Dusun
Klerek, Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Mengingat sebelumnya kami telah ditolak dua desa yang menjadi target awal. Namun yang menerima kami dengan sangat baik adalah Desa ini. Saya yakin bahwa Allah telah menuntun dan
menunjuki desa ini sebagai tempat yang tepat bagi kami, 12 perempuan hebat yang
sebagian besarnya adalah mahasiswi Tarbiyah.

Tibalah hari dimana kegiatan KKM-DR ini dibuka secara resmi oleh Pemerintah Desa Torongrejo beserta para tokoh masyarakat di Dusun klerek pada tanggal 27 Desember 2021. Acara pembukaan digelar di Balai Dusun Klerek yang merupakan hasil dari swadaya warga disana. Gedung yang terbilang luas dan megah untuk ukuran dusun dengan fasilitas lengkap layaknya ruang pertemuan di kampus.Mencerminkan keinginan yang kuat dari para warga untuk memajukan Dusunnya. Gedung ini tidak pernah sepi digunakan untuk kebutuhan kegiatan warga seperti seminar, penyuluhan, penerimaan tamu dari luar kota, pertemuan organisasi, dan
masih banyak lagi.

Berdasarkan hasil survey dan informasi yang kami dapatkan di awal, di dusun Klerek sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai petani. Namun dikarenakan kelompok kami tidak ada yang berasal dari jurusan terkait pertanian,
kami tidak mencanangkan program khusus peningkatan ekonomi di bidang pertanian. Kami menawarkan program unggulan di bidang pendidikan, yakni di pendidikan dasar dan pendidikan al-Qur'an. Selain linier dengan bidang yang kami tekuni, lembaga pendidikan di dusun Klerek juga sangat membutuhkan bantuan
terutama dalam hal administrasi dan tenaga pendidik.


Selain masuk di bidang pendidikan, tentu kami juga ingin menjalin hubungan yang erat dengan para warga Dusun Klerek. Cara yang tepat untuk berdampingan dengan masyarakat adalah menjadi bagian dari setiap kegiatan masyarakat tersebut. Adapun kegiatan rutin yang terdapat di Dusun Klerek meliputi: Pertemuan PKK
setiap hari Selasa dan pertemuan KWT (Kelompok Wanita Tani) setiap hari Rabu. Kegiatan keagamaan meliputi Tahlilan setiap hari Kamis, Istighosah setiap dua kali Sabtu dalam sebulan, dan pembacaan Maulid Diba' pada setiap hari Minggu. Setiap pertemuan rutin itu diadakan di salah satu rumah warga secara bergiliran. Sebagai
orang luar Jawa, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan hal unik bagi saya. Tidak heran apabila warga Dusun Klerek rukun dan damai karena selalu menjaga tali silaturrahim.


Dalam mengikuti kegiatan rutinan, kami membagi 3 sampai 4 orang anggota setiap minggunya. Misalnya dalam kegiatan pertemuan PKK, kami mengisi pelatihan keterampilan sebelum arisan rutin para ibu dimulai. Adapun keterampilan yang kami berikan adalah merajut, membuat strap mask dari manik-manik, dan membuat filter air. Kami berharap keterampilan tersebut dapat dimanfaatkan oleh ibu-ibu PKK
untuk membuat produk kreatif sendiri yang bernilai ekonomis.

Setiap informasi kegiaatan rutinan di Dusun Klerek, kami selalu dibantu oleh seorang Ibu yang sedari awal telah banyak membantu kami. Beliau bernama Ibu Winarsih yang kerap kami sapa Bu Win. Beliau aktif dalam kegiatan PKK, KWT,
rutinan keagamaan, dan bertani, sehingga segala informasi kami dapatkan dari beliau. Bahkan ketika kami menghadapi kesulitan beliau selalu sedia membantu dengan senang hati. Tak hanya Bu Win, tokoh Ibu lainnya seperti Ibu Kah, Ibu Wasilah, dan tidak dapat disebutkan semuanya juga banyak membantu kami bahkan memperlakukan seperti anak sendiri.


Tidak lupa tokoh yang juga berjasa dalam kisah ini adalah Ibu Imamah, kepala sekolah MI Darul Hikam, Madrasah Ibtidaiyah yang berdiri di desa ini. Beliau sangat ramah dan menerima kami dengan baik untuk membantu di sekolah.
Sambutan hangat juga kami rasakan dari para guru yang jumlahnya tidak lebih dari 10 orang. Sekolah ini bangunannya tidak sebesar sekolah negeri. Kelasnya hanya berjumlah 6 ruangan dengan jumlah siswa yang tidak sampai 30 orang. Kami membantu mengajar setiap hari Senin hingga Kamis dengan setiap harinya dibagi 4
orang anggota. Ada yang mendapat jadwal mengajar di kelas 1, 2,hingga 6. Selain mengajar, kami juga membantu pekerjaan guru seperti mempersiapkan buku pelajaran, menulis data sekolah, membuat surat, menulis raport, menghias kelas, dan lainnya.


Tidak hanya mengajar di sekolah, kami juga membantu mengajar di TPQ Nurul Hidayah. TPQ ini awal mulanya berpusat di satu tempat, yakni yang sekarang menjadi MI Darul Hikam. Namun, setelah dijadikan bangunan sekolah, TPQ Nurul
Hidayah terbagi menjadi 3 titik, yaitu di Masjid Nurul Hidayah, Mushalla al-Hikmah, dan Mushalla al-Ikhlas. Lokasi setiap TPQ berjauhan karena berbeda RT dan RW, sehingga kami harus menggunakan kendaraan untuk memudahkan aksesnya.

Masing-masing titik terdapat 2 hingga 3 pengajar, namun kendalanya adalah tidak semua guru memiliki ilmu mengaji yang sesungguhnya. Para guru tersebut mengajar bukan karena kemampuannya melainkan panggilan hati karena tidak ada lagi selain mereka yang bersedia menjadi pengajar al-Qur’an. Dengan kedatangan kami, para guru merasa amat terbantu karena dapat menambahkan sedikit kekurangan yang
ada.

Selama masa KKM, bagi saya cerita tentang TPQ ini adalah yang paling berkesan. Jika di MI kami tidak setiap hari bertemu dengan adik-adik karena jadwalnya dibagi, namun di TPQ kami bertemu setiap sore dengan adik-adik. Dengan jumlah kami yang 12 orang, maka di 3 titik TPQ itu ada 4 orang yang mengajar. Saya mendapatkan TPQ yang berlokasi di Mushalla al-Ikhlas yang
tempatnya paling jauh. Jumlah santri di TPQ ke tiga ini ada sekitar 18 orang yang separuhnya masih mengaji Iqro’ dan sisanya sudah masuk al-Qur’an. Para santri tersebut juga berbeda-beda usia, ada yang masih PAUD, SD, dan ada yang sudah SMP.


Kegiatan kami selain mengajarkan ilmu tajwid dan metode Iqro’, kami juga memberikan materi diniyah seperti tentang ilmu Fiqih, Tarikh, sifat wajib Allah dan Rasul, hingga doa-doa sehari-hari. Untuk mengajarkan materi-materi tersebut, kami menyajikannya dalam bentuk nyanyian agar mudah diingat. Lagu-lagu tersebut kami gabungkan dalam bentuk buku saku yang dibagikan ke setiap santri sebagai bahan belajar.


Kami mendengar cerita dari para guru di TPQ bahwa mereka selama ini ingin agar TPQ Nurul Hidayah bersatu kembali di satu tempat sebagai sebuah lembaga. Namun, karena keterbatasan tempat dan juga permintaan dari kebanyakan wali
santri, maka dibagilah TPQ ini menjadi tiga titik. Kami pun berinisiatif mengadakan sebuah perhelatan yang mampu mempersatukan ke tiga cabang TPQ ini agar sesuai dengan keinginan hati para guru. Dengan persiapan yang matang, kami pun mengadakan Gebyar Musabaqah TPQ Nurul Hidayah. Musabaqoh ini terdiri dari lomba fashion show muslim, ranking 1, pildacil, adzan, dan tartil.


Adik-adik TPQ menyambut gagasan kami ini dengan antusias. Hampir seluruh santri TPQ Nurul Hidayah ikut serta dalam Gebyar Musabaqoh ini. Kegiatan ini diadakan selama 2 hari, yaitu pada tanggal 19 sampai dengan 20 Januari 2022. Alhamdulillah dengan diadakannya acara ini, TPQ Nurul Hidayah tidak lagi berdiri
sendiri-sendiri. Para santri dapat saling mengenal satu sama lain, dan yang lebih
penting mereka mendapatkan pengalaman dan mengasah kemampuannya sejak dini. Kegiatan Musabaqoh ini juga mendapat apresiasi dari para tokoh masyarakat dan pemerintah desa. Kami sangat bahagia karena dapat membahagiakan hati
banyak orang.


Demikian kisah singkat pengalaman KKM dari saya, meskipun masih belum banyak yang dapat kami berikan untuk Dusun Klerek, namun kami meyakini bahwa tidak ada yang sia-sia. Pengabdian kami memang lebih khusus pada bidang pendidikan, dan kami berharap kegiatan yang pernah kami lakukan menjadi inspirasi
untuk para guru maupun pengelola lembaga pendidikan disana agar lebih maju lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun