Mohon tunggu...
Dwi Rini Endra Sari
Dwi Rini Endra Sari Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta...smp-kuliah di Jogja kembali lagi ke Jakarta untuk mengabdi kepda negara di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Adegan Baru Film "Kota Jakarta" Siap Dimulai

21 April 2017   08:16 Diperbarui: 22 April 2017   18:00 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilkda tahun ini meninggalkan goresan tinta cerita tidak hanya bagi warga Jakarta, tetapi bagi warga Indonesia. Semua mata masyarakat seluruh Indonesia pun tersedot ke “Pertempuran” para pasangan calon (Paslon) Agus-Sylvi, Ahok-Djarot, Anis-Sandi. Mereka seakan sedang menyaksikan sebuah film dengan rentetan adegan. Masih teringat dibenak kita, sebelum Pilkada dimulai pun, masyarakat disugguhkan dengan sebuah adegan dengan tokoh utama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Pernakah terpikir oleh kita kalau selama ini kita  sedang  menjadi penonton yang rela menghabiskan semua perhatian terhadap  action ‘lakon’ para aktor politik? Semua media telah mampu membius kita dengan” serangan-serangan” yang bombastis.

Bulan April 2017  telah menjadi saksi perjalanan cerita Pilkada DKI Jakarta yang telah meninggalkan bingkai cerita.  Perjalanan para aktor panggung politik telah mampu membius seluruh warga masyarakat Indonesia.  Babak film jilid pertama dimulai saat detik-detik berakhirnya kepemimpinan  Ahok.  Masyarakat dihebohkan dengan adegan pemberitaan penistaan agama yang dilakukan Ahok terhadap salah satu surat Al-Maidah.

Adegan ini berhasil menyedot perhatian tidak hanya bagi warga Jakarta, tetapi semua warga Indonesia. Tidak sedikit dari mereka yang menggoreskan tinta dan memainkan jemarinya untuk  menuangkan rangkaian kata dan berkreasi tanpa bebas dengan mengupload gambar-gambar dan video di akun media sosial mereka.

Alhasil, tidak jarang dari mereka membentuk “kubu”, meraka saling menonjolkan aktor favorit mereka tanpa memperdulikan siapa yang “diserangnya” tanpa memandang apakah teman, rekan, kekasih, atau saudara mereka. Tentunya, kondisi ini sungguh miris.

Tidak sampai disini saja, saat itu masyarakat pun disugguhkan denganstyle para paslon, Pasangan Agus-Sylvi; Ahok-Djarot; dan Anis-Sandi. Masih teringat di benak kita, debat antar paslon yang disiarkan di beberapa stasiun televisi telah berhasil menyedot perhatian masyarakat.  Pada debat saat itupun, mereka dengan luwesnya dapat memainkan emosi mereka.

Pilkada saat itu telah mampu memberikan sensasi kalau negara kita sedang ada pilpres.  Seperti yang kita ketahui, tidak hanya warga ibu kota Jakarta, tetapi seluruh Warga Indonesia pun ikut menyaksikan alur cerita dan  acting para lakon favorit mereka yang sangat memukau.

Kondisi ini dialami oleh saya (penulis) saat sedang melakukan perjalanan ke luar daerah. “Mbak, Jakarta sedang heboh yah? Bagaimana kasusnya Ahok itu?”tutur rekan saya. Tidak hanya itu, tetapi adegan ini pun bagaikan film ‘box office” yang selalu menjadi bahan pembicaraan di tengah-tengah masyarakat.

Adegan “film” Pilkada ini pun bersambung pada jilid 2, tentunya masih teringat di benak kita bahwa terdapat adegan pilkada putaran ke-2 yang mampu menjadi klimaks pada rentetan cerita” film” pilkada.

Paslon urutan ke-2  (Ahok-Djarot) dan Paslon urutan ke-3 (Anis-Sandiaga) kembali mengeluarkan “peluru” mereka. Kondisi ini mampu membentuk opini publik.  Tidak sedikit dari masyarakat yang menonjolkan ego mereka untuk membela para jagoan mereka. Ketika detik-detik menjelang pilkada putaran ke-2 , atmosfer ketegangan menunggu kepastian jawaban kegalauan dan penantian masyarakat sangat terasa.

Adengan Baru Siap Datang Menyapa

Usai melewati beberapascene, akhirnya film dengan judul “ Pilkada”  telah selesai pada18 April lalu. Ada yang kecewa, sedih, dan senang saat jagoan mereka kalah atau menang, tetapi perasaan itu hanya datang sesaat karena pertikaian, pertengkaran, dan perdebatan diantara masyarakat pun yang  selama ini terjadi sirna dalam hitungan detik ketika para jagoan mereka sangat sportif mengakui kekalahan dan tidak sombong ketika menang dalam pilkada kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun