Mohon tunggu...
Dwi Rini Endra Sari
Dwi Rini Endra Sari Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta...smp-kuliah di Jogja kembali lagi ke Jakarta untuk mengabdi kepda negara di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketebalan Es Menyusut 5,26 M

11 November 2015   09:49 Diperbarui: 11 November 2015   12:34 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan ekspedisi ini pun mendukung program Joko Widodo  di dunia kemaritiman karena mengingat Indonesia merupakan wilayah lautan lebih dari 70%, dari situasi inilah pemerintah mentikberatkan pada program kemaritiman .

Kita sadar bahwa Indonesia merupakan wilayah yang unik, mengapa?Ya, karena Indonesia dikelilingi lautan dan dihiasi teluk dan semenanjung. Tak hanya itu, Indonesia pun memiliki gunung dan pergunungan yang berjejer. Kondisi inilah yang membuat wilayah Indonesia menjadi wilayah pertemuan angin.

Wilayah Indonesia sering didominasi oleh Sirkulasi monsoon dingin Asia (Oktober-Maret) dan Sirkulasi monsoon panas Australia (April-September). Kedua sirklusi tersebut sangat berpengaruh pada faktor iklim di Indonesia.

Posisi strategis geografi Indonesia menjadi kunci pemahaman dinamika iklim dan geografi Indonesia menjadi kunci pemahaman dinamika iklim dan perubahannya.  Langkah ini menjadi bagian dari BMKG untuk melakukan penelitian sebagai upaya pelayanan meteorologi, klimatologi, dan geofisika serta peningkatan SDM Indonesia.

Stake Ditemukan, Bukti Penyusutan Ketebalan ES

Tahun 2010, tepatnya 5 tahun yang lalu, telah dilakukan pengeboran es (drilling ice core) di Puncak Soemantri yang berada di Pegunungan Soedirman, Timika, Papua. Kegiatan ini bekerjasama antara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dengan The Ohio State University dan PT. Freeport Indonesia.

Pada ekspedisi ini, di glacier sekitar Puncak Sumantri telah dibor lapisan esnya pada tiga tempat  dengan kedalaman yang berbeda, yaitu: 32,13 m; 31,5m; dan 26, 19 m. Dari ketiga lubang bekas bekas pengeboran salah satunya  yang berada di Puncak Sumantri yang diberikan tanda berupa pipa yang dihubungkan dengan tali didalamnya, serta tiang sebagai penanda diatasnya.

Tahun 2014  pun dilakukan penelitian ke Puncak Sumantri, untuk mengecek perubahan ketebalan es dengan mengukur perubahan tiang yang tertimbun es tetapi stake yang “ditanam saat 2010 tidak dapat ditemukan.

Satu tahun berikutnya, empat peneliti BMKG bersama tim dari Ohio State University dan PT Freeport melakukan ekspedisi ke Puncak Sumantri selama 7 hari . Perjalanan ini pun tak jarang menghadapi cuaca yang sering berubah dan sulit ditebak, sering terjadi hujan pada siang dan malam di wilayah Tembagapura, seperti kesaksian salah satu Tim Ekpedisi BMKG, Muhammad Najib Habibie.

Salah seorang peneliti wanita, Dyah Lukita Sari menceritakan bahwa  Tim berangkat dari Jakarta Pada minggu (1/11) malam pukul 21.00 dan tiba di Tembagapura Senin pagi (2/11).  Setelah melakukan  cek kesehatan pada hari senin, dan rapat dalam menentukan target ekpedisi dengan Environmental Departement, mereka melakukan fly over pada Rabu (4/11)  pukul 7.15 WIT dengan menggunakan chooper.

Pada melakukan fly over, tim yang ikut terlibat adalah Yohanis Kaize (Enviro), Rumlus D (ERG) dan Muhammad Najib Habibie (BMKG). Perjalanan mmenggunakan chooper menempuh waktu 20 menit hingga pada akhirnya tiba ke glacier dan menemukan stake pukul 07.35 WIT .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun