Jenuh dengan beberapa pilihan tempat maksi di seputar gedung Balaikota DKI Jakarta, akhirnya hari Selasa kemarin (26/5/15) bersama beberapa teman, saya menyeberang sedikit dan masuk ke parkiran IRTI di Monas. Tujuannya untuk melihat-lihat area “Lenggang Jakarta” yang baru aja diresmikan Gubernur Ahok beberapa hari sebelumnya (hari Jumat, 22/5/15). Ceritanya tempat ini dibuat dengan kerja sama antara Pemprov DKI dengan perusahaan swasta dan BUMN serta BUMD. Tujuannya untuk penataan PKL (Pedagang Kaki Lima) di seputar Monas yang dulunya banyak bangets membuka lapak liar di mana-mana. Sebagai lokalisasi biar lebih tertib dan rapi.
Tampak depan, pintu masuk
Karena harus bertransaksi dengan menggunakan kartu e-money-nya Bank Mandiri, saya pun perlu membeli dulu kartu tersebut di counter kasir yang tersedia (kebetulan, emang pas butuh juga buat sekalian nanti kalo mau naik Transjakarta dan commuter line, karena belom punya..) setelah itu barulah kami hunting makanan yang diinginkan dengan sebelumnya mondar-mandir mengelilingi area.
Pilihannya sih lumayan banyak, kelihatannya juga lebih higienis (dibanding saat mereka masih mangkal dengan gerobak seadanya di mana-mana dulu). Tapi ya risikonya mau nggak mau harganya pun jadi harus naik mengikuti fasilitas. Jadi lebih mirip dengan harga yang ditawarkan di food court dalam mall, bukan kelas PKL lagi. Dan siang itu pun pilihan maksi saya jatuh pada makanan kebangsaan negeri nenek moyang saya,mpek-mpek Palembang. Hmmm... sepintas keliahatannya bersih dan yummy. Harga per-porsinya Rp. 25.000,-Makanan lain ya kurang lebih harganya mendekati itu juga. Kalau untuk minuman, dijual dengan banyak pilihan di drink corner yang tentu aja khusus di-handle oleh sebuah perusahaan swasta yang menjadi sponsor kerja sama pembuatan tempat ini.
Kalo dari sisi saya sebagai konsumen, baiklah harga yang ditawarkan memang lebih mahal dibandingkan saatpedagangnya masih pake gerobak asal-asalan seperti dulu... tapi nggak masalahlah (entah ya kalo untuk orang lain). Karena dengan tertata rapi begini, sebagai penduduk Jakarta yang merasa ikut memiliki Monas, saya sih lebih seneng aja lihatnya. Terasa lebih aman dan nyaman. Apalagi Pemprov DKI (yang gubernurnya galak itu) berarti akan merasa merasa wajib mengawasaisepak terjang para PKL yang terlibat berjualan. Untuk makanan, konon Ahok malah berani menjamin kalau pedagang di area Lenggang Jakarta bebas dari penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Katanya ada standarisasi khusus dan pedagangnya juga diberi pelatihan-pelatihan dulu sebelumnya. Pengisi lapak adalah pihak yang terdaftar resmi karena tidak ada kios yang bisa diperjualbelikan. Yaaahhh, bagus deh seandainya aja memang bener begitu.
Tapi transaksi saya hari itu diwarnai dengan insiden kelebihan pendebetan pembayaran dulu oleh si mbak penjualnya (belanja yang seharusnya hanya Rp. 25.000,- terdebit 6 kali, jadi total saldo saya di kartu berkurang Rp. 150.000,-). Ooo, rupayanya pedagangnya belum terlalu terbiasa bertransaksi non cash. Untungnya saat itu lokasi belum terlalu ramai, jadi urusan saya lebih mudah karena langsung dibantu oleh petugas kasir yang segera sigap membereskan urusan.
Di dekat pintu masuk juga saya sempat melirik ada fasilitas umum, seperti toilet, mushola dan panggung terbuka (katanya saat tertentu di weekend akan ada hiburan juga). Malah konon ada free wi fi segala, tapi saya belum sempat buktikan sih… Nanti di lain kesempatan saya akan datang lagi dan melihat-lihat lebih detail.